Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Nanti Kita Cerita Tentang HKAN 2021 di Lasiana Kupang

(HKAN 2021 TWAL Teluk Kupang-@bbksda_ntt)

Saya generasi konservasi. Bagi saya generasi konservasi adalah sosok yang sadar dan tanggap akan kelestarian alam lingkungan. Sosok yang aktif dan kreatif dalam memperjuangkan kelestarian lingkungan hidup.


Demikianlah saya membuka tulisan ini dengan pernyataan di atas, dalam menyambut Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2021. Tahun ini acara puncak HKAN 2021 berpusat di Kota Kupang. Tentu ini adalah suatu kesempatan emas bagi NTT, khususnya Kota Kupang sebagai tuan rumah. Oleh karenanya, tulisan ini sebagai tanda partisipasi saya seorang kaum muda dalam semarak HKAN 2021 di Lasiana Kupang.


Tentang HKAN 2021 dan TWAL Teluk Kupang

Pada bagian ini saya berbagi cerita tentang HKAN 2021 dan TWAL Teluk Kupang. HKAN merupakan singkatan dari Hari Konservasi Alam Nasional, yang merupakan salah satu hari peringatan lingkungan yang ada di Indonesia. HKAN ditetapkan oleh Presiden yang keenam Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, pada 10 Agustus 2009. 


Adapun tujuan HKAN adalah untuk mengampanyekan pentingnya konservasi alam bagi kesejahteraan masyarakat.  Di samping itu juga untuk mengedukasi dan mengajak masyarakat berperan aktif dalam menyelamatkan ekosistem alam. (ksdae.menlhk.go.id). NTT sendiri menjadi tuan rumah 


Baca juga: Lepo Lorun, Mahkota Tenun Pulau Bunga


Taman Wisata Alam (TWAL) Laut Teluk Kupang merupakan kawaasan konservasi di bawah pengelolaan BBKSDA (Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam) NTT Ditjen KSDAE (Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem) Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. TWAL Teluk Kupang masuk dalam wilayah administrasi Kota dan Kabupaten Kupang. Kawasan ini memiliki luas 68, 881 Ha yang terbentang sepanjang perairan Teluk Kupang. 


Terdapat beragam jenis ikan, mamalia laut, terumbu karang di wilayah ini. Setiap tahunnya kawasan ini menjadi jalur migrasi burung maupun beberapa jenis mamalia laut. (Youtube: BBKSDA NTT). Adapun lokasi dari acara puncak perayaan HKAN 2021 bertempat di Pantai Lasiana yang juga merupakan bagian yang sehamparan dengan TWAL Teluk Kupang.


Tema HKAN yang dipakai tahun ini ialah, “Bhavana Satya Alam Budaya dan Nusantara” yang berarti “Memupuk Kecintaan pada Alam dan Budaya Nusantara”.  Secara pribadi tema ini mengingatkan saya kepada dua hal penting. Pertama, saya sebagai kaum muda mesti memelihara rasa cinta terhadap alam. Dengan memupuk kecintaan tersebut, saya sebagai kaum menjadi sadar bahwa alam lingkungan mesti selalu dirawat agar selalu lestari. 


Baca juga: Sastra Hijau: Panggung untuk Meraung


Salah satu bentuk rasa cinta terhadap alam saya lakukan dengan menjadi sukarelawan kampanye hijau di Satu Garis Bumi pada bulan Agustus ini. Saya dan teman-teman muda se-nusantara mengkampanyekan gaya hidup berwawasan ekologis, seperti: menanam pohon di halaman rumah dan mendaur ulang sampah. Bagi saya kegiatan ini sebagai aksi nyata menyambut HKAN 2021. Walau belum melakukan banyak hal besar, saya percaya bahwa hal-hal kecil ini punya makna besar bagi lingkungan sekitar.


Kedua, saya juga disadarkan bahwa sebagai kaum milenial tidak boleh melupakan budaya sendiri. Budaya nusantara adalah warisan yang amat khas dan kaya dari para leluhur. Oleh karenanya, saya mesti mempertahankan eksistensi budaya lokal di tengah arus kemajuan zaman. Di samping itu, budaya nusantara juga bertalian erat dengan alam lingkungan. Bila ditelisik lebih lanjut kearifan lokal kita tak lepas dari ajakan untuk menjaga keseimbangan alam lingkungan. 


Oia, saya juga amat terkesan dengan logo HKAN 2021. Betapa saya kagum dengan kreasi yang memadukan budaya lokal NTT dan satwa khas di NTT juga. Saya belajar pada tiga pilar Sasando yang melambangkan tiga pilar konservasi yakni perlindungan sistem penyangga lehidupan, pengawetan keanekaragaman hayati, dan pemanfaatan secara lestari. Saya juga diedukasi tentang adanya Kakatua Jambul Jingga atau Kakatua Cempaka (Cacatua sulpherea citrinoccristata). Saya baru tahu bahwa burung endemik ini Indonesia ini hanya ditemukan di hutan-hutan primer dan sekunder  Pulau Sumba. 


Pantai Lasiana Primadona Warga Kupang

Sebagaimana dituliskan di atas bahwasanya Pantai Lasian dijadikan arena utama perayaan HKAN 2021. Pantai Lasiana sendiri merupakan salah satu primadona tamasya bagi warga Kota Kupang dan sekitarnya. Selain letaknya yang strategis, pantai ini seakan memiliki daya magnetis yang mampu menarik banyak pengunjung. 


Saya pun terkenang akan masa kecil saya saat bersama keluarga berpiknik di Lasiana. Suatu memori masa kecil yang tak terlupakan. Pantai ini juga menjadi wadah perjumpaan dan berbagi keceriaan antar warga kota. Namun, saya sendiri karena alasan pendidikan, sudah lama tak bertandang ke pantai ini, kali terakhir mungkin waktu merayakan ulang tahun teman kelas semasa SMA. 


(Nadia Padjojang dengan latar Pantai Lasiana Kupang)

Nadia Padjodjang, yang belum lama ini bertandang ke Lasiana, mengaku takjub dengan lanskap pantai yang amat eksotis. Suasana senja di Lasiana adalah sungguh berkesan baginya, kala kaki menyusuri hampar pasir serta mata menatap  jejeran lontar.  “Beta harap ke depannya pemerintah lebih perhatikan lagi pembangunan. Pantai ini bisa jadi destinasi wisata andalan kalau ditata dan dirawat secara berkelanjutan” ungkap Nadia yang kini sedang berkuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Kupang.  


Tentunya harapan Nadia ini menjadi harapan saya dan segenap warga Kota Kupang. bahwasanya Pantai Lasiana tak hanya dipercantik semata demi semarak HKAN 2021, tetapi juga senantiasa diperhatikan secara kontinu. Dengan demikian Lasiana akan menjadi salah satu primadona di Bumi Flobamora ini. 


Urgensitas Komunitas Pelestari Lingkungan

Di Maumere, tempat tinggal saya saat ini, terdapat salah satu komunitas yang konsisten memperhatikan kelestarian lingkungan. Komunitas ini bernama Maumere Diver Community yang berfokus pada pelestarian ekosistem laut. Sebagaimana semboyan mereka, “menciptakan, menjaga dan melestarikan alam bawah laut dan sekitarnya.” 


(Monitoring pertumbuhan terumbu karang oleh @maumeredivercommunity)

Komunitas ini aktif melakukan aksi peduli lingkungan, seperti melakukan transplatasi terumbu karang dan rutin memantau tumbuh kembangnya, mereka juga sering melakukan pembersihan sampah di pesisir pantai serta aneka kegiatan lain yang berdampak positif bagi Nian Tana Sikka (Kabupaten Sikka).


Bagi saya kehadiran Maumere Diver Community menjadi contoh betapa urgennya komunitas pelestari lingkungan di setiap daerah. Kehadiran komunitas lokal tersebut berdaya guna dalam meningkatkan mutu lingkungan hidup. Keberadaan mereka akan menjadi inisiator yang menarik dan menggerakkan masyarakat setempat, khususnya kaum muda untuk ‘tanam kaki’ demi melestarikan lingkungan hidup. 


Tentunya di daerah atau kabupaten yang lain terdapat juga komunitas serupa, ini merupakan suatu pertanda yang baik. Namun, alangkah lebih baik jika setiap komunitas ini saling berjejaring dan berkarya bersama, sebab dengan cara ini spirit konservasi akan terwujud secara utuh dan menyeluruh. 


Baca juga: Milenial Promotor Literasi Digital dalam Keberagaman


Gerakan Konservasi Geliat Kolaborasi

Idealnya gerakan konservasi alam akan berjalan baik bila melibatkan segenap elemen masyarakat. Keterlibatan dan kerjasama antar berbagai elemen tersebut dapat dan menambah kuantitas dan kualitas dalam upaya konservasi. Setiap orang yang turut serta dalam gerakan bersama ini akan saling berbagi ide dan pengetahuan masing-masing. Dengan saling mendukung satu sama lain, tujuan bersama yakni terciptanya alam yang lestari akan mudah terwujud.


Gerakan konservasi bersama di atas dapat tercapai melalui geliat kolaborasi. Kolaborasi menjadi wadah yang menyatukan segenap elemen sosial, baik pemerintah, sekolah, keluarga dan masyarakat umum. Konservasi akan berjalan secara menyeluruh dengan adanya geliat kolaborasi. Betapa urgennya aksi kolaborasi lintas sektor ini, sehingga perlu direalisasikan mulai dari sekarang.


Pada masa kini gerakan kolaborasi tersebut amat efektif dilakukan melalui media digital. Setiap orang yang peduli terhadap alam lingkungan patut menyadari hal ini. Sebab jejaring kolaborasi mudah diperluas dengan memanfaatkan media sosial. Setelah saling terkoneksi secara daring (online) para pelaku kolaborasi tersebut perlu melakukan aksi luring (offline) secara serempak di daerah masing-masing. 


Baca juga: Kukenang Kau dalam Kening Puisi


Kegiatan pelestarian alam secara bersama-sama mesti senantiasa dilaksanakan demi kelestarian alam dan kebaikan kita semua. Mungkin penjelasan ini terlihat sederhana, tetapi bila terus berlanjut akan menginspirasi banyak karya kolaboratif lainnya.


Semoga HKAN 2021 ini menjadi momentum kolaboratif setiap elemen sosial agar saling bergandengan tangan dalam membudayakan spirit konservasi. Kelak cerita tentang HKAN 2021 akan menjadi karya yang monumental, bukan acara seremonial belaka, tetapi menjadi ritual yang terus diwariskan dari generasi ke generasi. Aih, nanti kita akan selalu cerita tentang HKAN 2021 di Lasiana Kupang.


Sebagai penutup dari cerita menyambut HKAN 2021 ini, saya kutip sebuah petuah adat dari buday orang Mollo, TTS, demikian bunyinya: Oel nam nes on na, nasi nam nes on nak nafu, naijan nam nes on sisi, fatu nam nes on nuif. Artinya: air adalah darah, hutan adalah rambut, tanah adalah daging, batu adalah tulang. Alam adalah tubuh kita sendiri, maka cintai dan rawatlah secara baik. Salam generasi konservasi. 

*) Tulisan ini meraih juara I dalam lomba menulis cerita road to HKAN 2021.




9 comments for "Nanti Kita Cerita Tentang HKAN 2021 di Lasiana Kupang"