Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Betapa Susah Cari Sinyal di Timur

(Langit bisakah kau lancarkan sinyal bagi kami?)


Sobat, masihkah ingat film Susah Sinyal? Film tahun 2017 ini bisa dibilang mewakili realita Indonesia timur, khususnya di provinsi saya, Nusa Tenggara Timur. 


Sebagaimana Sumba yang menjadi latar utama film ini, pada wilayah lain di NTT juga bernasib sama. Sama-sama susah mencari sinyal.


Kali ini saya ingin berbagi cerita seputar mencari sinyal. Saya seorang mahasiswa semester akhir di Flores, tepatnya di Kabupaten Sikka. Saya menetap di Dusun Gere.


Sebagai seorang mahasiswa, apalagi di era yang serba digital, internet menjadi salah satu kebutuhan dasar. Dengan internet saya lebih mudah mengakses informasi dan membangun komunikasi agar kegiatan akademik berjalan lancar.


Namun, hal ini tak mudah terwujud di tempat tinggal saya. Dusun ini termasuk wilayah yang kurang stabil jaringan internetnya. Kondisi ini amat menghambat saya dalam beraktivitas sehari-hari. 


Sebenarnya sudah ada sebuah tower pemancar dekat Kantor Desa, hanya saja tak bisa menjangkau seluruh wilayah, termasuk dusun kami. Selain karena cukup jauh, dusun ini berada di lembah yang banyak pepohonan besar, alhasil jaringan sulit di dapat. Apalagi kala musim hujan seperti ini, sinyal menjadi sesuatu yang “mahal dan langka”.



Puskesmas Primadona 

Sobat, perihal susah sinyal, saya teringat cerita seorang guru desa di pelosok Timor. Beliau bercerita bahwa warga di sana amat rajin pergi ke puskesmas. Bahkan setiap pagi, sekalipun belum pergi ke kebun atau cari rumput untuk sapi, puskesmas tersebut akan jadi tujuan utama.


Para warga rajin ke puskesmas bukan karena sering sakit, melainkan untuk mencari sinyal. Sebab puskesmas itu singkatan dari Pusat Kerumunan Masyarakat Mencari Sinyal. Sepanjang hari para warga silih berganti berkunjung ke puskesmas ini.


Jangan bayangkan tempat ini seperti puskesmas pada umumnya, yang berdinding cat putih dan beratap seng. Justru puskesmas ini sebuah pohon besar. Pohon paling tinggi di seantero desa. 


Hanya dengan memanjat pohon ini, para warga bisa menelpon keluarganya di tanah rantau atau sekadar melihat hasil bola semalam. Pohon puskesmas sungguh menjadi primadona bagi wilayah-wilayah yang masih terisolir.


Sayangnya, kabar naas pernah muncul di koran. Kejadiannya di desa yang lain, ada warga yang meninggal karena jatuh terpeleset dari pohon saat mencari sinyal.



Siasat Mencari Sinyal

Sobat, perkara mencari sinyal memang tidak mudah bagi kami di Timur. Butuh siasat khusus supaya bisa “berjumpa”dengan sinyal yang stabil.


Saya sendiri juga mesti berjuang,sebab di kos sendiri sering susah sinyal. Saya dan teman-teman kos mesti mencari sinyal di luar. Ada yang ke kebun atau ke jalan setapak. 


Kalau siasat saya yah naik tangga dan duduk di atap kos. Hal ini dilakukan bila amat urgen, seperti mengecek email tugas kuliah atau meng-update info lomba. Walaupun jaringannya masih hilang mucul dan sering lelet.


Karena itu, siasat ini kurang bekerja baik jika saya hendak ikut zoom untuk kuliah atau workshop online. Bila ada kegiatan online serupa yang cukup urgen, saya putuskan pergi rumahnya Bapa Kos. Sekalipun rumah beliau ada di RT lain dan mesti ditempuh selama 10 menit, tentunya dengan berjalan kaki, hihihi... 



Sinyal Bukan Kendala Karya

Sobat, sinyal yang parah bukan pertanda semangat ikut patah. Malahan saya merasa lebih termotivasi untuk mengasah diri di tengah keterbatasan ini. Saya beruntung dibantu dengan hp pribadi, sehingga bisa  produktif berkarya. 


Dengan hp pribadi, saya berkesempatan mempertajam minat dan bakat dalam menulis. Saya bisa berlatih menulis di Tempo Institute dan beberapa kelas menulis online lainnya. Saya pun bisa mengirimkan tulisan baik opini atau puisi ke media online karena hp ini, contohnya feature tentang travelling yang diterbitkan di website brisik.id.


(Contoh tulisan yang dimuat di media online)



Selain itu dengan hp ini saya bisa mengikuti info lomba terkini. Di masa pandemi ini saya cukup intens ikut beberapa mata lomba. Tujuan saya semata demi mengukur kemampuan di bidang tulis-menulis dan fotografi, khusus ponsel. 


Selama ikut lomba, kekalahan mendera saya bertubi-tubi, tetapi kata orang jawara sejati ialah yang bisa belajar dari kekalahannya. Momen-momen pahit tersebut menjadi pelajaran berharga bagi saya. 


Arahan dari teman-teman dan para mentor pun amat berguna sehingga saya bisa mengevaluasi diri. Dari mereka saya belajar untuk memperbaiki tulisan, foto dan video agar lebih baik. Saya pun terpacu untuk berjuang lebih keras dari hari ke hari.


Dan momen juara itu sungguh tercipta. Syukur bahwa proses latihan yang panjang itu berbuah manis. Pada suatu kesempatan ketika menjadi juara lomba opini di tingkat Kabupaten, saya dan teman-teman bisa berjumpa dengan Bupati Sikka, Bapak Roby Idong. Amat membekas bisa dimotivasi langsung oleh beliau untuk turut berbakti sebagai anak daerah.


(Juara 1 Opini Bulan Bung Karno 2020)




(Juara 1 Lomba Menulis Cerita HKAN 2021)


Bagi saya hp ini amat mendukung keseharian saya sebagai seorang mahasiswa, terkhusus dalam mengasah minat dan bakat. Hp ini juga berperan penting sebagai wadah kreativitas bagi saya generasi muda agar peduli dengan isu sosial budaya dan sebagainya.



Samsung Galaxy A6: Partner in Creation

Adalah Samsung Galaxy A6 yang menjadi penunjang aktivitas harian saya. Produk tahun 2018 ini telah memudahkan saya dalam banyak hal. Sebaliknya tanpa adanya hp ini akan banyak hal yang terhambat dalam keseharian saya.


(Samsung Galaxy A6: Partner in Creation)



Bila ditanya tentang keunggulan produk ini, tentu jawaban pertama ialah kameranya. Saya sendiri masih awam dalam hal gadget dan teknologi, tetapi seturut pengalaman performa kamera hp ini patut diacungi jempol.


Samsung Galaxy A6 memiliki kamera belakang yang amat bagus. Kameranya cocok unutk foto jenis outdoor, tentunya relate dengan saya yang suka menulis feature perjalanan. 


Kamera depannya juga tidak kalah saing. Saya sebagai konsumen merasa puas dengan hasil kamera depannya. Pada suatu kesempatan saya pernah meraih juara dua lomba swafoto dengan hp ini. Kala itu lomba foto selfie dengan tokoh lokal inspiratif di masa pandemi. 


(Hasil kamera belakang Samsung Galaxy A6)


(Juara dua lomba foto ponsel kategori budaya)


Hanya saja untuk pengambilan video, Samsung Galaxy A6 kurang terlalu bagus. Saya rasa hasil videonya tidak sebagus dengan fotonya. Meski begitu tetap bagus dan juga pernah membantu saya masuk 10 besar dalam lomba videografi di bulan Oktober yang lalu.


Selain kualitas kameranya, hp ini cukup baik untuk digunakan oleh para mahasiswa. Hanya saja perlu dipertimbangkan sesuai kebutuhan masing-masing. Sebab dengan RAM 3 GB dan Memory 32 GB, Samsung Galaxy A6 terbilang kecil kapasitas penyimpanannya. Praktisnya tidak terlalu banyak aplikasi yang bisa diunduh. Sering pula terjadi munculnya tanda pengingat bahwa memori sudah penuh. Jadinya, harus rajin pindahkan file-file besar dari hp ke laptop deh, hihihi...


Terlepas dari kelebihan dan kekurangannya, bagi saya hp ini tetap menjadi rekan terbaik dalam berkreasi. Ia bukan sekadar gadget, melainkan rekan yang telah menemani saya dalam berjuang dan berkarya selama ini. 



#caritaudicarisinyal

Sobat, tak lama lagi sudah tahun baru, 2022. Bisa jadi di tahun baru ini ada niat untuk gadget baru, hahaha...


Nah, saya ada rekomendasi situs web jika ingin cari tahu tentang gadget baru. Namanya, carinyal.com, sebuah media online yang menampilkan aneka artikel informatif terkini seputar dunia teknologi, mulai dari smartphone, laptop, aplikasi hingga game PC dan mobile.


Di website ini, kita bisa mendapat segudang info gadget hanya dalam genggaman. Carisinyal membuat pencarian seputar smartphone dan info sejenis semakin praktis. 


(Ilustrasi carisinyal.com)



Ada banyak poin plus dari carisinyal.com. Namun ada dua poin khusus bagi saya: 


  • Artikel yang ringan. Review produk dengan kalimat yang sederhana sehingga mudah dimengerti pembaca yang awam dunia gadget. Kita pun terbantu dalam meninjau produk tersebut sebelum dibeli. 

  • Admin yang ramah. Kenapa saya tulis demikian? Karena tanpa arahan yang baik dari admin official IG @carisinyal, tulisan ini tak akan rampung. Secara pribadi saya sangat mengapresiasi profesionalitas dan pelayanan yang ramah ini, tentu  akan berdampak baik bagi perjalanan Carisinyal ke depannya. 

Nah, tunggu apalagi langsung saja klik carisinyal.com untuk #caritaudicarisinyal


***


Sobat, demikianlah tulisan kecil ini. Semoga bermanfaat. Sehat selalu semua.



19 comments for "Betapa Susah Cari Sinyal di Timur"

  1. Keren kaak🥰, semangat terus 🤗🥰

    ReplyDelete
  2. Mari ketong pi nongkrong di kebun. Di sana sinyal bagus

    ReplyDelete
  3. Susah signal.
    Keren Kaka, sampai di sini semoga signal yang cari kembali kita 😁

    ReplyDelete
  4. Tulisan yang sangat informatif
    Semangat berkarya 💪🏻

    ReplyDelete
  5. Mantap Kaks. Moga2 stelah ini bnyk sinyal² yg dtg e, Hhha����

    ReplyDelete
  6. Susah sinyal, ini tulisan yang menarik bercerita dari sebuah realita yang terjadi. Penggunaan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti pembaca. Semangat dalam setiap artikel penulisannya ya.
    Dan ya bukan saja terjadi di kabupaten Sikka sendiri bahkan di beberapa titik daerah di NTT rupanya memiliki nasib yang serupa . . Mungkin lewat artikel ini akan menyadarkan pihak-pihak terkait agara kedepan benar jangan ada lagi susa sinyal di sana sini dan masalah-masalah berkaitan dengan komunikasi makin berkurang sehingga semua terkoneksi dengan mudahnya. Semangat terus bermain kata dan berkisah tentang kisah lain yang mengangkat dan mengubah dunia jauh lebih baik kedepan dengan dunia sastra ��

    ReplyDelete
  7. Terima kasih sodari sudah membaca. Semangat selalu dalam berkarya juga.

    ReplyDelete
  8. Good job my friend. Nice story' be successful

    ReplyDelete