Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Inilah 4 Alasan NTT Mesti Tanam Sorgum

 

(Ladang sorgum di Likotuden, Flores Timur)

Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan satu provinsi di Indonesia dengan rata-rata curah hujan yang paling rendah, 1000-2000 mm dalam setahun. Terutama bagian pesisir utara Pulau Flores, Timor, dan Sumba yang kadang-kadang hanya sekitar 900 mm dengan musim kemarau lebih dari enam bulan (Viator Parera, 2004: 39).

Realita tersebut jadi salah satu faktor penghambat usaha bertani dan berladang di NTT. Di tengah kendala ini tanaman sorgum pun hadir menjadi suatu alternatif solusi yang baik.

Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) saat ini merupakan serealia utama kelima di dunia dalam hal produksi dan luas panen (Ahmad Arif, 2020: 7). Sorgum yang kaya karbohidrat dan aneka nutrisi baik ini mampu tumbuh subur di lahan kering dan minim air.

Namun, sorgum yang merupakan pangan lokal warisan leluhur ini masih kurang dikenal luas. Malah kalah populer dengan nasi (beras) yang sering jadi menu utama sumber karbohidrat. Padahal keberagaman sumber pangan amat penting agar tidak tergantung pada satu jenis saja.

Oleh karena itu, sorgum perlu digalakkan teristimewa di provinsi NTT karena pangan lokal ini memiliki segudang manfaat serta amat kontekstual. Bersumber pada buku Ahmad Arif yang berjudul Sorgum: Benih Leluhur untuk Masa Depan inilah 4 alasan NTT mesti menanam sorgum.

1. Cocok secara iklim

(Jefri Curman, petani muda dan penyuluh YASPENSEL di ladang sorgum Likotuden)
Sorgum dianggap cocok secara agroklimatologis dan daerah, sehingga bisa memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman pangan lain (2020 99). Sorgum dapat menjadi solusi karena tidak semua wilayah di tanah air cocok ditanami padi, seperti NTT yang rendah curah hujan dan lahan berbatu.

Cocoknya penanaman sorgum di wilayah NTT nyata terlihat di Dusun Likotuden. Hampir  sorgum bertumbuh subur di dusun yang tergolong panas ekstrim di Flores Timur ini. Sejak didampingi oleh YASPENSEL dan KEHATI dari tahun 2014, Likotuden telah dikenal sebagai lumbung sorgum di Flores dengan cita rasa dan mutu tinggi.

Selain di Likotuden penanaman sorgum juga berhasil dilakukan beberapa tempat seperti di Tanjung Bunga, Dani Wato di Solor, Witihama di Adonara, Tapobali di Lembata, Detusoko di Ende dan Lembor di Manggarai. Keberhasilan ini tentu dapat menjadi model bagi daerah-daerah lainnya di NTT.

2. Urgen untuk kesehatan

(Sorgum yang disiapkan sebagai benih)

Tak hanya unggul dalam adaptasi yang baik, sorgum juga terbukti punya kandungan nutrisi yang tinggi. Sorgum setidak-tidaknya menyediakan sebelas nutrisi penting dalam makanan dengan kategori sangat baik, sembilan di antaranya adalah zat gizi mikro. Dibandingkan sumber pangan lain yang juga ada di Indonesia, seperti beras, jagung, dan singkong, sorgum memiliki keunggulan yang kompetitif (2020: 85).

Menurut Ahmad Arif, dengan kandungan nutrisi ini, sorgum seharusnya bisa direkomendasikan sebagai sumber pangan sehat untuk masyarakat, khususnya di daerah marginal dan lahan kering seperti di NTT, yang kecukupan pangannya tidak bisa dipenuhi jika hanya mengandalkan beras.

Pengembangan sorgum di NTT juga tidak bisa dilepaskan dari kebutuhan pangan bernutrisi. Apalagi, provinsi NTT memiliki prevalensi anak dengan gizi buruk tertinggi di Indonesia. Prevalensi stunting balita di NTT mencapai 40, 3 persen. Prevalensi ini terdiri dari bayi dengan kategori sangat pendek (18 persen) dan pendek (22,3 persen), (2020: 121). Sorgum yang kaya nutrisi dan gizi baik ini urgen dibutuhkan demi pemenuhan kualitas kesehatan warga masyarakat di NTT, teristimewa bagi balita yang rentan terkena malnutrisi.

3. Punya peluang ekonomi

(Contoh produk sereal olahan sorgum)

Sorgum baik bagi pertanian ladang kering karena lebih hemat air dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya. Kebutuhan akan input pertanian sorgum pun tidak tidak tinggi serta memiliki peluang ekonomi yang tinggi bagi para petani. Oleh karena punya peluang ekonomi sorgum juga serinf dijuluki sebagai "mutiara darat".   

Sorgum merupakan tanaman serbaguna. Selain menghasilkan biji-bijian yang kaya karbohidrat  dan aneka nutrisi baik, batangnya yang kaya gula baik untuk pakan hewan. Belakangan beberapa jenis sorgum sengaja ditanam untuk diambil batangnya serta dimanfaatkan untuk industri gula dan bahan bakar etsanol. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Australia, sorgum terutama dimanfaatkan untuk dijadikan pakan (2020: 7).

Sorgum yang telah dipanen dapat diolah menjadi nasi sorgum, susu sereal, tepung, pop-gum, cookies, puding dan beragam jajanan lokal lainnya yang bernilai ekonomis. Adapula jenis sorgum tertentu yang dapat diolah menjadi sapu jerami sehingga dapat dipasarkan ke masyarakat. Gambaran ini menunjukkan sorgum sebagai tanaman dengan prospek yang menjanjikan ke depannya.

4. Relevan dengan budaya

(Sorgum yang telah dipanen)
Peluang pengembangan sorgum di NTT juga bisa melalui pendekatan budaya. Sorgum memiliki akar sejarah yang panjang seperti di Flores dan telah menjadi bagian dari budaya masyarakatnya. Di sebagian masyarakat Flores, seperti di Kampung Nggela, Kabupaten Ende, sorgum menjadi bagian ritual tahunan Loka Lolo yang merupakan ungkapan syukur atas panen raya sorgum (2020: 117).

Bagi masyarakat Ende Lio di Desa Kotabaru, sorgum selain dipakai dalam ritual pembuatan rumah juga digunakan dalam upacara pelepasan arwah orang yang telah meninggal. Seperti pada upacara Pega Lengi, karena menggunakan sorgum pega berwarna kuning dan lengi atau minyak kelapa (2020: 120).

Sorgum memiliki nilai-nilai kultur yang amat relevan sebagaimana dicontohkan dalam masyarakat Ende. Hal ini menandaskan eksistensi sorgum yang erat dengan keseharian hidup warga setempat sehingga tidak bisa dihilangkan begitu saja.

Demikianlah 4 alasan  NTT mesti menanam sorgum. Bagaimana menurutmu, apakah ada yang masih perlu ditambahkan lagi? Ayo, beri komentar di bawah!

11 comments for "Inilah 4 Alasan NTT Mesti Tanam Sorgum"

  1. Luar biasa kerja keras para penggagas dan petani sorgum di Likotuden. Perlahan NTT bisa terbebas dari stunting.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, maka dari itu mari kita sebarkan narasi literasi tentang sorgum. Supaya masyarakat NTT makin mengenal segudang manfaat dari sorgum. Dan kita berharap pemda setempat senantiasa mendukung usaha para petani dan pegiat sorgum.

      Delete
  2. Bung Yose ada waktu ajak saya ke Likotuden.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Boleh itu, Bung. Nanti pergi di waktu menjelang panen saja. Karena pemandangannya sangat indah sekali.

      Delete
  3. Mungkin sulit, tapi saya yakin suatu saat sorgum bisa bersaing dengan padi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, ini adalah usaha jangka panjang. Karena itu setiap elemen sosial mesti terlibat.

      Delete
  4. Cara makannya bagaimna nih.
    Kedepan mungkin bsa jd makanan pokok sprti padi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Cara makannya biasa saja, seperti kita makan nasi (padi). Mungkin ke depannya saya juga perlu membuat tutorial memasak sorgum, hhhhe..

      Delete
  5. Mantap tulisannya Bung Yos. Saya sendiri belum pernah melihat langsung rupa Sorgum itu, rupanya melalui tulisan ini saya boleh punya gambaran sederhana terkait Sorgum. Mungkin saya perlu lebih banyak mengenal bahan pangan, yang menjadi produk lokal NTT juga 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, terima kasih banyak atas apresiasinya. Selain sorgum masih banyak pangan lokal di daerah kita. Semoga makin banyak orang yang tergugah untuk mengenal beragam pangan lokal tersebut.

      Delete
  6. terima kasih buat penulis yg telah mnsharingkan banyak hal berkaitan dengan tanaman sorghum, saya merasa bersyukur karena alam memberikan bgitu banyak hasil yg dapat dimanfaatkan manusia,salah satunya adalah sorghum, sya mengakui bahwa sebga
    ian orang suda mengenal sorghum namun belum terlalu "dekat" maka tugas kita adalah menyebar luaskan sorghum dengan cara membudidayakan, karena sorghum merupkan salah satu tanaman penguat matapencaharian terutama sebagai bahan makanan yang juga menghasilkan bagutu banyak jenis bahan makanan yg tidak sedikit memberikan manfaat kesehatan dan perkembangan dan pertumbuhan masyarakat.

    ReplyDelete