Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Isasai: Pangan Lokal Tak Pernah Usai


Di tepi Danau Sentani terdapat sebuah restoran bernama Isasai yang menyuguhkan menu serba pangan lokal. 

Nama Isasai diambil dari salah satu kali di tempat restoran ini berada. Seperti namanya, restoran ini hadir untuk turut membawa aliran-aliran kebaikan melalui sajian pangan lokal.

“Pangan lokal adalah kekayaan dan kekuatan kita” ungkap Ulin Epa. Ia dan suaminya Fredrik Bartolomeus telah menjalankan restoran ini selama lima bulan terakhir.

Di Isasai tersedia aneka menu makanan lokal seperti papeda, papeda bungkus, sagu bakar, ubi ungu tumbuk, keladi tumbuk, pisang rebus, ubi rebus, ikan asar, ikan kuah dan sebagainya. 

Isasai mengusung spirit diversifikasi pangan. Adanya beragam pangan lokal menjadi tanda banyaknya sumber makanan yang bergizi dan bermutu. Inilah alternatif baik agar kita tidak selalu bergantung pada satu jenis pangan saja. 

Adapun bahan makanannya dibeli dari mama-mama Papua. Pangan lokal yang semakin jarang kini dibudidayakan kembali karena ada permintaan di pasar. Tentu ini berdampak bagi peningkatan ekonomi masyarakat sekitar.

Di tempat ini juga kita dapat mengenal ikan-ikan endemik Danau Sentani. Pada dinding di sepanjang lorongnya terdapat lukisan-lukisan ikan tersebut lengkap dengan nama daerahnya.

Kini, di tengah derasnya ekspansi makanan cepat saji, Isasai menjadi penantang arus tersebut. Melalui Isasai pangan lokal yang perlahan ditinggalkan telah kembali menjadi primadona. 

Semoga Isasai menjadi model inspirasi, teristimewa bagi kaum muda di daerah lainnya. Agar spirit pangan lokal terus senantiasa hidup dan tak pernah usai.



















2 comments for "Isasai: Pangan Lokal Tak Pernah Usai"

  1. hello ito, cerita kali ini seakan membawa pembaca ikut terjun langsung ke lapangan dan menikmati alam sentani yang indah yah. sukses trus dengan setiap tulisan yang ito buat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih banyak ito orang Bekasi. Jadi kapan ke Sentani? Hhha...

      Delete