Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Perjalanan di Tanah Bajawa


(Bukit Wolobobo dan Gunung Inerie-Bajawa di pagi hari)

(#BukaPintu Eksplorasi Bersama RedDoorz)

 Pagi Jos,

Maukah ikutan Writer Journey Ngada?

Untuk Wolobobo Ngada Festival 

Tanggal 17-24 September

Akomodasi disiapkan. 

Demikianlah pesan WA dari Kak Valentino Luis. Sontak saya kaget dan amat senang. Kapan lagi ke Bajawa gratis, hahae…

Keesokannya saya pun langsung berangkat  dari Larantuka ke Bajawa. Jalan darat yang melelahkan. Berangkat dengan bus dari jam 6 pagi dan tiba hampir jam 9 malam.

Kota Bajawa menyambut saya dengan dingin yang menusuk. Saya pun menarik kancing jaket. Ini kali pertama saya berada di Bajawa, Kabupaten Ngada. Ahh… selama sepekan ke depan tentu akan ada banyak cerita berkesan. 

Oia, Wolobobo Ngada Festival 2022 merupakan festival perdana yang bertujuan mengenalkan potensi wisata dan menggiatkan UMKM lokal. Wolobobo Ngada Festival (WNF) mengusung tema Kopi, Bambu dan Tenun. Tiga tema utama ini menjadi tanda kekhasan Ngada di tanah Flores. 

Tur Kopi di Wajamala

Bajawa terkenal dengan kopinya yang sudah mendunia. Bukan ke Bajawa kalau belum menyeruput secangkir kopi. Apalagi kopi arabika Bajawa amat khas dengan aroma dan rasa asam yang pas.

Salah satu kegiatan festival adalah tur kopi. Para peserta mengunjungi kebun kopi warga di Wajamala. Peserta tur ini terdiri dari masyarakat umum, mahasiswa pertanian, wisatawan domestik hingga mancanegara dari Perancis dan Jerman.

(Pemandu tur kopi memberi penjelasan kepada para peserta)

Pada tur ini ada sesi berbagi inspirasi dengan narasumber lokal. Kami berbagi pengalaman dengan Marselina Walu. Ia adalah petani kopi sekaligus Q Grader atau penguji cita rasa kopi berlisensi internasional. Keren kan, ia satu-satunya Q Grader di NTT. Dalam hati saya berharap agar muncul juga Q Grader muda lainnya demi peningkatan kualitas kopi NTT. 

Diskusi jelang siang itu berlangsung hangat ditemani kopi arabika serta ubi dan pisang rebus. Oia, kami juga berkesempatan ke kebun kopi warga. Sayangnya sudah lewat masa panen, kalau tidak kami pasti bisa menikmati serunya memetik buah-buah kopi yang telah merah matang.

Dari Pasar Bambu Hingga Air Terjun Were

Tak hanya kopi, ada juga satu mata acara lain yakni Pasar Bambu. Masyarakat Ngada memiliki hubungan erat dengan bambu dalam budaya dan aktivitas harian. Melalui festival ini eksistensi bambu diperkenalkan karena memiliki segudang potensi.

Pasar Bambu di Turetogo ini unik karena menggunakan koin bambu sebagai alat tukar. Di arena pasar terdapat sejumlah stand yang menjajakan aneka pangan lokal khas tanah Ngada. Oia, ada juga yang menjual jus daun bambu. Sudah pernah coba?

(Tempat tukar koin bambu di Pasar Bambu Turetogo)

Selepas seharian di pasar ini saya, Ka Valen, Ka Boe, dan Ka Iwan melipir sejenak. Saat menjelang sore kami pergi mencari hidden gem. Air terjun Padha Watu di Desa Were. Katanya air terjun ini destinasi baru yang belum diketahui banyak orang. 

Jalur jalan rabat menuju air terjun belum genap setahun dibuat. Ada sekitar lima ratusan anak tangga. Pada tepinya diberi tiang biru dengan tali tambang sebagai pagar. Di sisi kanan ada tebing batu sedangkan di sisi kiri ada jurang dan hutan nan lebat. 

Tak terasa keringat kami bercucuran saat menuruni anak tangga ini. Sesekali kami berhenti. Bukan hanya untuk memotret melainkan juga untuk mengumpul sisa-sisa napas. Sungguh ngos-ngosan. 

(Air terjun Padha Watu)
Namun, rasa lelah kami terbayar lunas ketika menjumpai air terjun ini. Terdapat dua air terjun di sini. Yang satu air terjun tunggal dengan tinggi mencapai 15 meter. Satu lagi air terjun bertingkat dengan lapisan serupa jembatan batu. Oia, Padha Watu dalam bahasa setempat berarti jembatan batu. 

Di hadapan air terjun itu saya amat bersyukur. Tentu perjalanan ini adalah anugerah dalam hidup. Apalagi saya belum lama kelar ujian skripsi. Tentu perjalanan ke Bajawa ini adalah hadiah dari Sang Khalik. “Terima kasih Tuhan” batin saya.

#BukaPintuEksplorasi Bersama RedDoorz

Belakangan ini pariwisata di Flores, NTT lagi naik daun. Teristimewa Labuan Bajo. Padahal Flores masih menyimpan pesona wisata di daerah lainnya seperti Bajawa.

Saya sendiri belum banyak berkeliling di Kota Dingin ini. Masih banyak destinasi wisata yang belum disambangi. Seperti bukit Wolobobo, Gunung Inerie, air terjun Ogi, air panas So’a Mengeruda, kampung adat Bena, dan lainnya.

Bila ada kesempatan lain tentu saya akan mengunjungi semuanya. Atau bisa jadi kamu juga tertarik berpelesir ke Bajawa. Siapa tahu tahun depan ada Wolobobo Ngada Festival 2023. Mungkin juga ada yang ingin travelling ke Bajawa di akhir tahun ini.

Nah, kalau begitu waktunya membuka pintu untuk perjalanan indahmu. Ada pintu merah yang bisa membawamu ke mana saja. Pintu itu bernama RedDoorz.

Jika ingin ke Bajawa atau wilayah Flores lainnya saya rekomendasikan RedDoorz sebagai tempatmu menginap. Apalagi saat RedDoorz lagi adakan promo PLI$$! (Promo Liburan Semua Senang) dengan diskon hingga 25%.

Jujur saya selama ini juga belum pernah memakai layanan RedDoorz. Walau begitu saya ingin sekali menginap di RedDoorz. Saya pikir yang lain juga ingin mencoba RedDoorz. Karena itu, inilah kesempatan kita menggunakan RedDoorz. 

Bayangkan kapan lagi kita bisa #BukaPintuEksplorasi di Flores dengan RedDoorz? Bahkan dengan “si pintu merah” ini impian untuk travelling keliling Indonesia menjadi lebih mudah terwujudkan. 

Bila ingin tahu informasi lebih lengkap bisa kunjungi laman www.reddoorz.com Kita juga bisa ikuti Instagram @reddoorz untuk tahu info terbaru dan promo diskon lainnya.

Namun, yang paling mudah cukup dengan unduh aplikasi RedDoorz di Google Store. Jadinya tidak perlu repot-repot lagi memesan hotel, semuanya mudah berkat aplikasi RedDoorz di smartphone kita. Ayo unduh sekarang juga dan mari kita wujudkan #BukaPintuEksplorasi ke mana saja dan kapan saja.   

  

4 comments for "Kisah Perjalanan di Tanah Bajawa"

  1. nanti pas ke NTT perlu coba nih kopi bajawa .

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pasti Mas Wahid. Kalau ke Labuan Bajo nanti mesti singgah ke Bajawa. Mari nikmati secangkir kopi arabika di kota dingin ini.

      Delete