Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Zero Waste Demi Lingkungan Bersih Dan Lestari

Pada bulan lalu saya melihat postingan media sosial tentang kebakaran di TPA Alak. Kebakaran besar yang terjadi pada 10-12 Desember 2022. 

RakyatNTT.com melaporkan kebakaran sampah di TPA Alak sudah berlangsung sejak bulan Agustus. 

Kebakaran ini semakin meningkatkan jumlah emisi gas rumah kaca. Di samping itu berdampak pula bagi pemukiman di Alak dan sekitarnya. Terkhusus bagi 40 keluarga yang mengais rezeki di TPA Alak. Mereka sering mengalami batuk-batuk.

Tak hanya harus berjibaku di antara kepulan asap dan api, tanpa masker dan sarung tangan – pendapatan mereka pun berkurang karena banyak sampah telah terbakar.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota menyebutkan gas dari sampah serta pantulan cahaya matahari pada pecahan beling menjadi penyebab kebakaran ini.

(Sumber foto: RakyatNTT.com)
Kondisi TPA Alak yang terbakar sejak Agustus 2022

Pemkot pun telah berupaya mengatasi kebakaran ini, tetapi api tak kunjung padam. Banyak titik api yang muncul, walaupun disiram tak mempan memadamkan api secara menyeluruh. 

Persoalan kebakaran di TPA Alak menjadi potret buram pengelolaan sampah di NTT. Jika demikian yang terjadi di ibu kota provinsi, bagaimana pula situasi TPA yang ada di kabupaten?

Kebakaran di TPA bila terus berlanjut tentu akan berakibat fatal tak hanya bagi pemukiman warga tetapi juga alam lingkungan. Lantas, bagaimana solusi alternatif yang bisa kita lakukan? 

Mengenal Zero Waste

Bila sampah di TPA merupakan hilir, tentu perlu ditelusuri sumber hulunya. Hemat saya hulu tersebut terntu bersumber juga dari sampah rumah tangga. 

Data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menunjukkan bahwa 37,3% sampah di Indonesia berasal dari aktivitas rumah tangga.   

Bertolak dari data ini, setiap rumah tangga perlu turut terlibat dalam mengurangi penumpukan sampah di TPA demi menghindari ancaman kebakaran yang berbahaya. 

Kesadaran untuk terlibat dapat dimulai dari rumah sendiri dengan menerapkan spirit zero waste. Menurut zerowaste.id, zero waste adalah filosofi yang dijadikan sebagai gaya hidup demi mendorong kita untuk bijak dalam mengonsumsi dan memaksimalkan siklus hidup sumber daya sehingga produk-produk bisa digunakan kembali. 

Sederhananya zero waste atau bebas sampah ini bertujuan agar sampah tidak dibuang ke tempat pembuangan akhir (landfill).

(Sumber foto: YPBB Bandung)
RW 7 Kelurahan Lebakgede Bandung melakukan pemilahan sampah

Sejak tahun 2018 di Kota Bandung, spirit zero waste terwujud dalam gerakan Kang Pisman, yang merupakan singkatan dari Kurangi, Pisahkan, dan Manfaatkan.

BandungBergerak.id menyebutkan bahwa berdasarkan studi kasus di Kota Bandung, dengan menggunakan pendekatan Kang Pisman, dapat mengurangi emisi karbon dari pengelolaan sampah menjadi 10 persen dibandingkan sistem pengelolaan sampah yang mengirimkan sampah tercampur ke TPA. Pengurangan emisi karbon melalui pendekatan zero waste hanya untuk Kota Bandung saja akan mencapai hampir 2 persen dari NDC (National Determined Contribution). 

Studi kasus ini menjadi bukti bahwa zero waste sebagai suatu alternatif yang solutif. Zero waste memiliki andil besar dalam mengurangi emisi karbon serta menciptakan lingkungan yang bersih dan lestari.  

Zero Waste Lifestyle

Dwi Sasetyaningsih, di dalam bukunya Sustaination, menuliskan bahwa zero waste lifestyle atau hidup minim sampah berarti gaya hidup dengan meminimalisasi sampah yang terbuang ke landfill (tempat pembuangan akhir—TPA) atau insinerator.  

Ia menjelaskan hidup minim sampah juga bisa kita artikan sebagai hidup berkesadaran. Artinya,  segala keputusan dan pilihan kita terhadap penggunaan sumber daya dilakukan secara berkesadaran dengan memperhitungkan segala konsekuensinya dari hulu ke hulur. 

Ia juga menekankan hidup minim sampah tidak hanya tentang mengurangi sampah plastik atau sedotan plastik yang terlihat dengan mata, tetapi juga melihat limbah dan polusi sebagai sebuah sistem menyeluruh. 

Dengan adanya gambaran sistem yang menyeluruh, kita pun akan semakin bijaksana memanfaatkan segala sesuatu dalam keseharian. Misalnya, kita berbelanja dengan menggunakan tas jinjing dari kain (tote bag), bukannya kantong plastik sekali pakai. Hal sederhana ini berdampak pada pengurangan sampah plastik yang sering terbuang begitu saja bahkan hingga menggunung di TPA.       

Kurangi Sampah dengan 6R

Dalam penanganan sampah, terdapat konsep 5R yang populer dipakai. Konsep ini diperkenalkan oleh Bea Johnson dalam bukunya Zero Waste Home. Konsep 5R dimulai dari refuse (menolak), reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recyle (mendaur ulang), dan rot (mengompos). 

Diadaptasi dari konsep di atas, Dwi Sasetyaningsih menambahkan satu konsep lagi yakni rethink (berpikir berulang kali). Adapun penjabaran dari konsep 6R, antara lain:

  1. Rethink, memikirkan berulang kali sebelum membeli sesuatu. Kita mesti bertanya sebelum membeli: “Apakah saya benar-benar butuh atau tidak?”   
  2. Refuse, menolak barang-barang yang berpotensi menjadi sampah. Contohnya, menolak penggunaan plastik sekali pakai.  
  3. Reduce, mengurangi barang belanjaan yang tidak sesuai kebutuhan agar tidak menambah volume sampah yang dihasilkan.  
  4. Reuse, menggunakan kembali atau mengalifungsikan barang yang telah dimiliki di rumah.  
  5. Recyle, mendaur ulang barang yang telah terpakai. Kita pun bisa memilah sampah anorganik dan organik untuk didaur ulang pada bank sampah terdekat.
  6. Rot, membuat pupuk kompos dari sampah organik.  

Penerapan konsep 6R merupakan aksi nyata dari gaya hidup minim sampah. Hal baik ini tentu perlu kita terapkan demi terciptanya lingkungan yang bersih dan lestari.

Tiga Langkah Bersama

Adapun tiga langkah solusi yang dapat kita jalankan bersama dalam mengimplementasikan zero waste demi lingkungan yang bersih dan lestari. 

Pertama, meningkatkan literasi digital yang ekologis. Literasi digital ibarat pintu masuk yang menyadarkan kita atas tanggung jawab ekologis. Kita telah hidup di era digital, di mana aktivitas harian kita selalu bersentuhan dengan jagad maya.

Oleh karena itu, kita dipanggil untuk selalu mencari tahu informasi terkini di bidang ekologis, khususnya spirit zero waste. Dengan meningkatkan literasi digital yang ekologis kita pun menjadi peka dan bijak dalam mengelola sampah.

Hal ini bertolak dari pengalaman penulis setelah mengikuti challenge dari Remotivi. Saya dan para partisipan lainnya ditantang untuk selama satu bulan membaca satu berita online tentang isu lingkungan, lewat tagar #1Hari1IsuLingkungan. 

Alhasil, saya pun tercerahkan untuk mengetahui lebih lanjut isu-isu lingkungan baik dari lokal, nasional, hingga global yang kurang diprioritaskan. Bila hal ini diterapkan dengan #1Hari1SpiritZeroWaste tentu akan meningkatkan kesadaran banyak orang untuk hidup minim sampah. Di samping itu, upaya ini bertujuan agar media online kita turut memprioritaskan spirit zero waste dalam pemberitaannya.   

Kedua, mengeksplorasi konten zero waste. Pada poin kedua ini masih berkaitan dengan poin sebelumnya. Namun, yang perlu ditekankan ialah upaya mengeksplorasi konten-konten bermuatan zero waste di media sosial.

Dewasa ini, media sosial punya pengaruh besar dalam menarik perhatian hingga membentuk kebiasaan orang. Contohnya aksi bersih sungai dari Pandawara, sekelompok anak muda di Bandung. Postingan mereka di media sosial telah menginspirasi banyak kaum muda di tanah air untuk secara serius dan kreatif peduli terhadap lingkungan sekitar.

Dengan mengonsumsi konten bertemakan zero waste kita pun secara perlahan terbentuk sebagai agen perubahan. Hingga kita pun mulai berkreasi untuk memproduksi konten serupa agar semakin banyak orang yang teredukasi dengan zero waste. Contohnya membuat tutorial pembuatan kompos secara praktis lalu diunggah di Youtube.

Ketiga, memulai dari rumah. Langkah terakhir ini merupakan bagian terpenting yang harus kita terapkan. Rumah menjadi tempat pertama untuk menumbuhkan spirit zero waste, sekaligus mengaplikasikan kiat-kiatnya. Setiap anggota keluarga perlu berkolaborasi agar spirit ini menjadi prioritas bersama. 

Jika dari rumah sendiri telah terbiasa dengan pola baik ini, tentu akan menampilkan teladan yang baik bagi warga di sekitar. Persoalan sampah pun dapat teratasi secara perlahan sehingga kualitas lingkungan dan kesehatan keluarga senantiasa terjamin.  

Dengan demikian, sudah saatnya zero waste menjadi perhatian bersama kita semua. Gaya hidup bebas sampah ini mulai kita tumbuh kembangkan dari rumah masing-masing. Agar menghidari penumpukan sampah berlebih di TPA wilayah sekitar. Semuanya ini bertujuan demi menciptakan lingkungan yang bersih dan lestari bagi kita semua. 





Post a Comment for " Zero Waste Demi Lingkungan Bersih Dan Lestari"