Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Berjumpa Tukang Sapu di Taman Monumen Tsunami Maumere


Setelah enam bulan meninggalkan Kota Maumere, saya pun kembali ke "rumah nostalgia" ini. 

Sebuah workshop tentang perdagangan manusia di NTT menjadi pintu untuk saya kembali. Pintu ini membawa saya berjumpa dengan teman-teman baru dari berbagai daerah di Flobamorata.

Pada Jumat sore saya menyewa ojek dari tempat penginapan St. Camillus menuju Pasar Tingkat Maumere. 

Ketika tiba di lampu merah Stadion Gelora Samador om ojek tiba-tiba putar haluan. Rupanya lagi ada operasi tilang di depan Polres Sikka.

"Turun di saja nong. Tidak usah bayar" kata om ojek. Ia buru-buru kabur karena atribut motor yang tidak lengkap.

Saya pun mulai memacul kaki menuju pasar. Betapa menggelitik melihat banyak kendaraan yang juga putar haluan karena ada tilang. 

Karena langit masih terang saya pun memutuskan untuk terlebih dulu ke Taman Monumen Tsunami.

Letak taman ini amat strategis. Tepat di tengah kompleks pertokoan di ruas Jalan Raja Centis, Kelurahan Kota Uneng, Kecamatan Alok.

Dari kejauhan taman ini terlihat hijau. Musim hujan membuat pohon dan bunga di taman tampak segar.

Taman ini menjadi pengingat peristiwa tsunami yang pernah menimpa Maumere. Pada 12 Desember 1992 yang silam.

Pepohonan cemara di taman sudah bertambah tinggi. Tentu menjadi tempat berteduh yang nyaman dari terik matahari kala siang.

Ketika tiba dan ingin mengambil gambar tulisan monumen, mata saya terusik pada sesuatu.  Sebungkus plastik bening bekas minum yang dibuang entah oleh siapa. Padahal di sisi taman sudah ada bak sampah yang disiapkan.

Suasana di taman tidak terlalu ramai sore ini. Ada pengunjung yang datang berpasangan maupun sendiri seperti saya, hehe…

Di area dalam taman lumayan bersih dan tertata rapi. Walau masih ada satu dua puntung rokok dan tisu bekas, ulah tangan-tangan jahil.

Monumen tsunami diapit dua buah kolam besar. Di baliknya ada tembok yang bentuknya serupa ombak raksasa. Monumen karena terbuat dari fiber plastik, warnanya agak usang dan sedikit rusak karena lobang. 

Saya lanjut berkeliling mengambil foto di sekitar taman. Oia, di sini tidak dikenakan biaya parkir. Ada juga WC umum di bagian belakang dengan kotak bayaran.

Seorang bapak tukang bersih taman menarik perhatian saya. Ia memakai sepasang sepatu boot yang berbeda warna. Hijau dan kuning. 

Saya pun mengajaknya untuk ngobrol sedikit. Namanya Anton Boli. 

"Tapi orang biasa panggil saya Opu Lembata" katanya sembari tertawa. Ia lebih populer dengan panggilan ini di Maumere. 

Ia baru saja menyapu. Biasanya ia menyapu di pagi hari dan sore hari.

Ia sudah tiga bulanan kerja di taman. Kadang juga kerja serabutan sebagai buruh angkut di pelabuhan Lorens Say. Ia juga menjadi penyapu di warung di kompleks Kampung Buton. 

Dulu juga ia pernah bekerja di perkebunan kelapa sawit di Tanjungpinang. Namun, lima tahun yang lalu sejak istrinya meninggal ia pun memutuskan pulang kembali. Anak perempuan semata wayangnya tetap tetap di sana dan sudah berkeluarga. 

"Kerja apa saja yang penting makan minum lancar. Karena sudah hidup sendiri toh" kata Opu Lembata.

Setelah itu ia pun lanjut menyapu lagi. Saya pun melanjutkan perjalanan entah ke mana lagi.













Post a Comment for " Berjumpa Tukang Sapu di Taman Monumen Tsunami Maumere"