Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerita Semangkuk Burjo Mas Sukanto di Jalan El Tari Kupang

(Mas Sukanto penjual bubur kacang hijau)
Setiap pagi usai shalat subuh ia datang ke Jalan El Tari Kupang. Namanya Mas Sukanto. Asli Madiun, Jawa Timur. 

Tangannya telaten menyendok kacang hijau dan ketan merah ke dalam mangkuk. Tak lupa ia tambahkan santan biar legit dan susu kental sebagai  pemanis. Semangkuk burjo telah siap dihidangkan.

Dengan harga Rp 8000 per mangkok, tentu burjo ini menjadi sarapan pagi yang mudah dan murah. 

Satu per satu pembeli silih ganti berdatangan memesannya burjonya. Ada yang langsung makan di tempat. Ada pula yang minta dibungkus pesanannya. 

Ia menyambut mereka dengan ramah. Saling sapa atau lempar obrolan singkat. Di antaranya adalah pelanggan tetapnya.

Para pelanggan tersebut ada yang berseragam kantor atau yang sedang berolahraga di Jalan El Tari.

Yah, berolahraga pagi. Karena jalan ini menjadi salah satu jalur andalan untuk jogging atau jalan santai. 

(Burjo Mas Sukanto)
Mas Sukanto telah berjualan burjo sejak tahun 2000 di Kupang. "Waktu awal dulu saya jualan pakai gerobak. Mulai 2005 baru pakai motor" katanya.

Sudah 23 tahun ia berjualan burjo. Waktu yang tidak singkat. Pasti akan ada banyak cerita yang bisa dibagikan. Namun, karena ia agak sibuk melayani pelanggan saya pun urung untuk bertanya lebih lanjut.

"Nanti tulisannya mau dikirim ke mana?" tanyanya. 

Saya menyebutkan akan diunggah di blog pribadi ini. Ia menyangka saya menulis untuk koran cetak.

"Saya suka baca koran. Sering langganan juga dulu" terangnya

Rupanya Mas Sukanto suka membaca koran. Ia biasa membeli dari para penjaja koran di Jalan El Tari. 

Namun, karena kebanyakan orang sekarang sudah membaca berita dari hp saja, banyak dari para penjaja koran itu tidak lagi ada di Jalan El Tari.

Wah, ini baru fenomena penjaja koran belum lagi banyak hal yang bisa kami bahas. Tapi, pagi ini ia sibuk bekerja. Karena pembeli tidak putus-putusnya datang. Betapa baik Mas Sukanto masih sempat berbagi kisah dengan saya. 

Saya pun membuka obrolan dengan salah seorang pembeli yang baru saja menandaskan semangkuk burjo.

Namanya Mustaqim. Seorang paruh baya pekerja kantoran. Beliau asli Kupang. 

"Saya pelanggan tetap. Sebelum masuk kantor pasti singgah dulu di sini" jelasnya. 

Pak Mustakim sangat menyukai rasa burjo yang nikmat. Keramahan Mas Sukanto membuatnya suka untuk selalu datang ke sini.

Matahari pun semakin meninggi. Meski masih pagi, matahari Kota Kupang cukup mendidih. 

Saya pun pamit pada Mas Sukanto. Ia menurunkan maskernya dan memberi senyum hangat kepada saya.  



3 comments for "Cerita Semangkuk Burjo Mas Sukanto di Jalan El Tari Kupang"

  1. Jadi kangen Kupang.. Sekalinya aku singgah di Kupang, dapat kejutan manis dari staff bandara El Tari.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, sudah pernah ke Kupang yah sebelumnya.

      Delete
    2. Pernah.. Cuma singgah di Kupang, waktu pulang dari Sumba

      Delete