Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ole-ole Jagung Titi dari Watobuku Larantuka

Mama Shinta sedang membuat jagung titi

Perjalanan ke sebuah kampung selalu berkesan bagi saya. Beruntung bahwa pada beberapa kabupaten di Pulau Flores sudah saya kunjungi wilayah perkampungannya. Selalu ada cerita yang berbeda dari setiap kampung tersebut. 

Seperti tahun lalu ketika saya pergi ke Watobuku. Nama kampung ini pertama kali saya dengar beberapa tahun yang lalu dari cerita lawakan teman saya bernama Ronal Mukin. Ia sempat menceritakan sebuah topik yang lucu lalu membahas tentang ikan dari Watobuku. 


Nah, sejak saat itu nama Watobuku terus terngiang di benak saya. Tahun-tahun berlalu dan secara kebetulan saya pun bisa menyambangi Watobuku. 


Kisah perjalanan ini masih berkaitan dengan postingan sebelumnya sewaktu menemukan hidden gem di Riangbaring, desa yang bertetangga dengan Watobuku. 


Saya masih ingat pada suatu siang di hari Minggu kami baru pulang dari Pantai Oa. Ini pantai yang amat sangat eksotis, sayangnya file fotonya saya salah simpan jadinya belum bisa ditulis kisahnya. Setibanya kami di rumah teman, mamanya Mama Shinta Aran sedang membuat jagung titi.


Sudah lama sekali saya tak melihat secara langsung pembuatan jagung titi ini. Terakhir kali semasa saya SD dulu, sewaktu berlibur ke kampung saya di Lamalera. 


Jagung titi merupakan makanan khas dari wilayah Flores Timur dan Alor. Orang-orang sering menyebutnya sebagai popcorn versi kearifan lokal, hehe… 


Penampakan jagung titi berbentuk pipih atau tipis. Kalau di Jawa bentuknya mirip emping melinjo. 


Kenapa namanya jagung titi? Nama ini berdasar pada proses pembuatannya. Ya, jagungnya di-titi dengan batu. Setahu saya hanya jagung pulut, maaf kalau salah, yang dijadikan sebagai jagung titi. Karena jagung jenis ini teksturnya lebih kenyal sehingga tidak pecah saat di-titi atau dipipihkan. 


Mama Shinta membuatkan jagung titi sebagai ole-ole untuk kami bawa pulang ke Maumere. Tak lupa pula kami membawa serta ikan kering dari Watobuku. Saya dapat beberapa ikat. Lumayan sebagai persediaan makan anak kos tempo itu. 


Rupanya momen ketika saya mengamati proses pembuatan jagung titi telah terekam ke alam bawah sadar. Momen ini menjadi bagian dari proses kreatif saya saat pertama kali membuat naskah cerita anak dalam kegiatan bimtek dari Kantor Bahasa Provinsi NTT pada April yang lalu. Cerita tersebut berjudul Titi! Titi! Nantikan yah kalau sudah terbit nanti. 


Jagung disangrai sebelum ditumbuk

Butiran jagung yang disangrai

Jagung ditumbuk memakai batu

Jagung titi yang sudah jadi

Post a Comment for "Ole-ole Jagung Titi dari Watobuku Larantuka"