Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Menepi di Tepi Kolam Camplong

Kolam Camplong
Kolam Camplong

Seminggu yang lalu saya bersama kedua teman Komunitas YTF Simpul NTT mengadakan sosialisasi di SMA Pahlawan Bintang Timur Camplong. Kalau sebut nama Camplong, setiap orang akan teringat pada Kolam Camplong. Kolam pemandian ini adalah bagian dari Taman Wisata Alam (TWA) Camplong. 

Sejak jauh hari kami merencanakan untuk pergi ke kolam tersebut. Maka setelah melakukan sosialisasi di SMA, kami pun pergi ke kolam tersebut. Saya bersama Lau dan Kak Jenny.


Kolam Camplong
 
Kolam Camplong

Ada dua pintu masuk utama ke tempat wisata ini. Pada bagian luar, di sisi seberang ada barisan tenda jualan. Kolam Camplong berada di jalur strategi, Jalan Trans Timor. Orang-orang biasa menjadikan tempat ini sebagai rest area. 

Tempat wisata ini memiliki dua gerbang masuk. Kami masuk dari gerbang yang di sebelah atas. 


Nah, hari ini bukan weekend sehingga tidak terlalu ramai. Namun, siang ini juga bisa dibilang cukup ramai, karena setiap lopo/gazebo ditempati pengunjung. Ada yang datang dalam rombongan besar, kelompok kecil, dan yang berdua saja.


Kolam Camplong

Sanaplong dan Oenaek 

Pada siang hari berada di tepi kolam Camplong sungguh terasa syahdu. Padahal kami baru saja jalan kaki dari SMA, di Jalur Gaib, yang cukup jauh hingga penuh letih. Pepohonan raksasa di sekitaran kolam membawa rasa sejuk bagi kami. 


Kami datang untuk makan siang. Saat ini sudah ada banyak lopo cantik, tempat untuk bersantai. Tentu suasananya banyak berubah, sejak terakhir saya datang sewaktu SMA dulu. 


Kolam Camplong


Saya juga baru tahu kalau nama Camplong berasal dari Sanaplong (beberapa sumber menyebut "Sanaplo"). Nama ini dari bahasa Dawan untuk jenis pohon Calophyllum inophyllum. Menurut hikayat, pohon Sanaplong merupakan induk dari semua pepohonan di hutan Camplong. 


Selain itu, kolam utama ini juga memiliki nama sendiri, yaitu Oenaek. Oenaek berarti air besar, karena merupakan sumber air andalan warga sekitar, baik untuk kebutuhan sehari-hari juga pertanian. 


Sehabis makan, saya berkeliling di area wisata ini. Selain kolam ada juga gua alam. Hanya karena waktu terbatas saya tak sempat ke gua. Dulu kala saat era kerajaan, gua itu menjadi tempat persembunyian para meo (panglima tentara) dari serangan musuh. 


Kolam Camplong

Sementara mengitari kolam, rasanya ingin mencebur diri ke dalam airnya yang hijau tosca. Saya pun teringat kalau tahun ini banyak berkegiatan di lokasi yang punya kolam alami. Ada Kolhua, Semau, dan kini Camplong. Nasib sebagai Aquarius membuat saya tak bisa jauh dari air, hehe.

Nanti kalau datang lagi saya pasti akan mandi di kolam ini. Toh, saat menginap di Oebola, tempat kami bermalam di kampungnya Lau, saya sudah puas mandi di kolam Water D. Lau. 


Terima kasih Camplong sudah menjadi bagian dalam perjalanan saya mengikuti challenge artikel travel blog tahun ini. Setelah Camplong, tempat apa lagi yang akan menjadi destinasi selanjutnya? Semoga akan ada kejutan.  


Post a Comment for " Menepi di Tepi Kolam Camplong"