Berkunjung ke Tanjung Kajuwulu (Bagian 2)
(Tanjung Kajuwulu) |
Sebagaimana yang tertulis pada artikel sebelumnya, pada postingan ini masih berkisah tentang Kajuwulu.
Namun, akan lebih fokus berlokasi pada bagian pantai. Karena Kajuwulu adalah tempat wisata dengan dua spot menarik.
Nah, foto-foto ini pun diambil tiga tahun lalu. Tepatnya pertengahan Maret 2020.
Saya pergi bersama teman jalan Vincent Wedjo. Dia juga suka menulis di blog pribadi. Kamu dapat membacanya di www.orangbajawa.wordpress.com
Berdua kami pergi dengan motor. Sekitar sejam perjalanan. Saya sendiri lupa apakah kala itu adalah momen pertama ke Kajuwulu. Yang pasti bahwa Vinsen sudah pernah pergi sebelumnya.
Karena masih bulan Maret, rerumputan di Kajuwulu masih hijau. Berkat musim penghujan. Inilah bulan-bulan yang pas untuk berkunjung.
Masih terekam jelas kalau waktu itu saya datang untuk membuat artikel perjalanan untuk website brisik.id. Sayangnya artikel itu tak pernah rampung. Dan lebih disayangkan lagi website ini sudah tidak eksis lagi. Padahal bagus sekali.
Berkunjung ke Tanjung Kajuwulu mesti memperhatikan waktu kalau sore hari. Soalnya cahaya senja membuat kualitas foto kurang bagus.
Datanglah sekitar jam 4. Pada jam seperti ini hawa cukup panas, khas Maumere. Tapi kita punya cukup waktu untuk membidik area foto yang pas. Misalkan datang di jam 5 lewat, cahaya sudah agak redup. Pencahayaan kurang sesuai untuk yang pakai hp.
Untuk menuju ke pantai utama kita akan menyusuri tangga semen. Di beberapa titik sudah dibangun lopo santai yang beratap biru. Ada juga lampu-lampu taman yang menarik. Apakah malam hari lampunya bernyala? Oia, tempat parkir di sini juga lumayan luas.
Pantai Kajuwulu cukup ramai kalau Minggu sore. Tapi saat kami datang sudah kurang ramai. Orang-orang sudah mulai pulang. Karena sebagian besar pengunjung datang sejak pagi hari.
Biasanya mereka langsung dengan makan siang di pantai. Ritual membakar/memanggang entah ikan atau ayam sudah jadi pemandangan biasa di pantai-pantai Maumere.
Pantai ini memiliki pasir yang berwarna putih. Kalau ombak sedang jinak, pasirnya akan bersih. Kalau sebaliknya maka di bagian pesisir akan banyak sampah seperti ranting, dahan, dan batang pohon. Semuanya disapu ombak dari tengah laut.
Selain itu, pantai ini dilingkupi tembok karang yang curam. Batuan karang ini seperti tembok hitam yang membentengi pantai. Keren juga kalau mengambil foto dengan latar belakang tembok karang ini.
Melihat foto ini dan mengenang kembali momen itu sungguh sangat nostalgia sekali. Kita tidak pernah tahu cerita di masa depan. Tentang bagaimana nasib perjalanan hidup selanjutnya.
Tiga tahun sudah berlalu. Kini, teman saya Vinsen sudah bermukim di Jerman. Kapan lagi kami akan berkunjung kembali ke Kajuwulu. Ataukah mungkin saya yang bakal mengunjungi dia di sana. Siapa yang bisa menebak cerita selanjutnya?
Selalu suka dengan langit biru yang seperti ini. Kereen.
ReplyDeleteTerima kasih kak Desy Yusnita, karena sudah membaca artikel ini.
Delete