Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pagi yang Mendung di Taman Ziarah Oebelo

Taman Ziarah Oebelo

Hujan Bulan Juni milik Sapardi baru usai mengguyur bukit di sekitar. Ini bulan Juni yang sangat panas. Tapi, hujan turun sejak semalam. 

Saya bangun pagi lebih awal. Udara sejuk menyusup ke rongga dada. Sedang langit masih bertudung mendung. 

Kami sedang mengikuti Green School Movement (GSM) di Taman Ziarah Yesus Maria Oebelo. Kegiatan ini dari WALHI NTT untuk mengedukasikan nilai-nilai ekologis. 

Sebelum kegiatan hari ketiga dimulai, saya memutuskan untuk berziarah ke taman doa di bukit. 

Bukit Doa Oebelo yang Hijau 

Dari aula terbuka St. Lucia, tempat kami bermalam, saya menyusuri jalan yang basah. Semakin menanjak terlihat lanskap alam di sekitar. 

Taman Ziarah Oebelo

Jejeran bukit berumput coklat kering dengan pepohonan khas tanah Timor. Lontar, gewang, dan kosambi. Di ujung utara, bentangan pantai teluk Kupang. 

Saya begitu terpukau ketika melihat dua jalur utama menuju taman doa. Keduanya sudah dipenuhi pohon yang tinggi dan hijau. Jauh berbeda dengan sepuluh tahun lalu. 

Tentu semua yang hadir pada peresmiannya akan berdecak kagum menyaksikan semua ini. Apalagi teman-teman sewaktu di Oepoi dulu. Betapa Taman Doa Oebelo telah menjadi bukit yang hijau memukau.

Taman Ziarah Oebelo

Berjalan dalam Keheningan Bukit Doa

Saya suka berjalan sendiri menyusuri suatu tempat. Perjalanan sendiri memberikan sentuhan kisah yang lebih personal. Seperti pagi ini bisa menyusuri taman doa sendiri. 

Pada ujung dari dua jalur utama terdapat Patung Bunda Maria yang menggendong Kanak-kanak Yesus. Sayangnya saya tidak sempat membawa lilin untuk dinyalakan di taman doa ini. 

Taman Ziarah Oebelo

Taman Ziarah Oebelo

Di sisi taman terbagi dua jalur lagi menuju ke puncak bukit di atas. Jalur kiri (Timur) dan kanan (Barat). Saya memilih jalur kiri, yang menjadi tempat bagi stasi Rosario, peristiwa Gembira dan Mulia. 

Perjalanan pun semakin menanjak ke atas. Jalan yang berkelok ini disusun memakai paving block. Di kiri kanan jalan ada banyak pohon. Tentu yang paling saya suka melihat ada pohon cemara hutan yang juga tumbuh besar. 

Satu per satu stasi peristiwa rosario saya lintasi. Oia, setiap stasi merupakan lopo yang dibangun oleh paroki-paroki yang ada di wilayah Keuskupan Agung Kupang. Halaman stasi cukup luas untuk dijadikan tempat beristirahat atau makan bersama bagi peziarah grup. 

Taman Ziarah Oebelo

Taman Ziarah Oebelo

Sepanjang jalan saya sungguh merasakan keheningan. Ingatan saya kembali ke saat berkunjung ke Replika Kota Betlehem di Maumere. Waktu saya berjumpa penjaga taman doa itu. Ia berkata bahwa Replika Betlehem memiliki kontur yang serupa dengan Bukit Taman Doa Oebelo. "Nanti saya ingin pergi ke Oebelo" katanya.. 

Taman Ziarah Oebelo

Kapela St. Yohanes Paulus II di Puncak Bukit Oebelo

Saya pun tiba di atas puncak bukit doa. Kapela St. Yohanes Paulus II berdiri dengan megahnya.

Rasanya beda saja saat berada sendiri di tempat seluas ini. Saya pun menyempatkan diri untuk berdoa lagi. Satu doa saya untuk salah seorang teman baik.

Taman Ziarah Oebelo

Sekitar delapan tahun yang lalu kami juga pernah bermalam di taman doa ini. Ada kegiatan dari OMK di TDM. Waktu itu juga TDM belum jadi paroki sendiri.

Salah satu teman OMK kami bernama Putri Surya. Dua minggu yang lalu ia baru saja berpulang. Suatu kabar yang mengejutkan dan menyayat bagi kami semua. 

Selepas berdoa saya pun turun kembali melalui jalur kiri. Masih mendung. Entah di hati atau hati saya… 

Post a Comment for "Pagi yang Mendung di Taman Ziarah Oebelo"