Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Field Trip Youth Camp 2023 ke Masjid An-Nusrat Jemaat Ahmadiyah Makassar


Jemaat Ahmadiyah Makassar
Bersama Jemaat Ahmadiyah Makassar

Salah satu kegiatan dari Youth Camp ‘Muda Toleran’ 2023 adalah field trip ke komunitas minoritas yang ada di Kota Makassar.

Jadi, tak sebatas pemaparan materi di ruang kelas, kami juga berkesempatan untuk turun ke lapangan merasakan langsung pengalaman perjumpaan dalam keberagaman.

Kami Kelompok 1 dan 2 melakukan field trip ke Jemaat Ahmadiyah Makassar. Kelompok lainnya berkunjung ke Vihara Sasanadipa Makassar dan Komunitas Agama Baha’i Makassar.


Oia, dalam Kelompok 1 ada saya, Igin, Arum, Diana, Ilyas dan fasilitator pendamping kami yang keren Kak Julian dari Gorontalo.  


Saat tiba di Masjid An-Nusrat

Ini kali pertama saya berjumpa dengan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI), khususnya yang ada di Makassar. Ini juga kali kedua saya masuk ke dalam Masjid.

Terakhir kali tiga tahun lalu sewaktu kegiatan pers mahasiswa dari SEJUK di Kupang. Waktu itu kami ke Masjid Nur Musafir, Batuplat, Kupang.


Di tengah perjalanan menuju tempat Jemaat Ahmadiyah Makassar, saya pun bertanya pada diri sendiri. Bagaimana mau menjadi penggerak keberagaman dan kebhinekaan kalau diri sendiri jarang berkunjung atau berkegiatan lintas agama? Tentu hal ini menjadi PR saya ke depannya.


Jemaat Ahmadiyah Makassar
Ilyas, Diana, dan Igin (kurang Arum, haha)
Hadir Utuh Sadar Penuh

Saat kami tiba rupanya masih ada renovasi di bagian depan Masjid An-Nusrat. Sementara itu hawa siang Kota Daeng juga amat panas.


Namun, suasana berubah sejuk saat kami masuk ke dalam Masjid. Para jemaat yang sudah berkumpul menyambut kami penuh semangat dan senyuman hangat.

Kami dipersilahkan mengambil tempat duduk untuk segera memulai kegiatan ini. Nah, di sini ada satu hal menarik bagi saya.

Jemaat Ahmadiyah Makassar
Di dalam Masjid An-Nusrat
Muhammad Yakub selaku mubaligh mengajak kami untuk mengawali kegiatan dengan berdoa seturut kepercayaan masing-masing. Wah, kapan lagi saya bisa buat tanda salib dalam Masjid.

Dalam momen doa bersama ini saya merasakan nuansa yang tenang. Doa menjadi pintu nasuk agar saya bisa, hadir utuh sadar penuh.


Btw, hadir utuh sadar penuh adalah salah satu hal baru yang kami dapat di kelas Youth Camp 2023. Kalau ditanya ke teman-teman peserta lainnya pasti punya kesan tersendiri akan hal ini. 


Diskusi nan Reflektif

Kegiatan kami pun berlanjut dengan dipandu oleh Kak Julian, koordinator kelompok 1. Ia menyebutkan maksud dan tujuan kedatangan kami serta mengucapkan terima kasih atas kesediaan Jemaat Ahmadiyah menyambut kami.

Jemaat Ahmadiyah Makassar
Kak Julian memandu kegiatan
Pada sesi pertama Muhammad Yakub memberikan paparan materi terkait sejarah singkat Jemaat Ahmadiyah dan awal mulanya di tanah air, serta kiprahnya yang khas memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian hingga tingkat global.

Banyak hal baru yang saya dapatkan, karena selama ini juga kurang membaca literatur terkait Jemaat Ahmadiyah.


Saya pun baru tahu bahwa Ahmadiyah didirikan di India oleh Mirza Ghulam Ahmad pada tahun 1889.


Selain itu motto Ahmadiyah, “Love for All, Hatred for None” juga amat menginspirasi saya.


Motto ini menjadi gambaran sejati Ahmadiyah, yang tidak hanya cinta damai, tetapi juga aktif berkontribusi  demi terciptanya kedamaian.  


Jemaat Ahmadiyah Makassar
Muh. Yakub memberi materi
“Nilai dasar (dalam setiap agama) tidak bisa dikompromi. Tapi, nilai universal (damai) wajib diutamakan” ungkap Muhammad Yakub.

Pernyataan ini saya maknai sebagai suatu pernyataan realistis sekaligus reflektif terkait spirit keberagaman.


Teringat pula saya pada perkataan Gus Dur, “Perbedaan itu fitrah. Dan ia harus diletakkan dalam prinsip kemanusiaan universal.”

Sebab pada hakikatnya perbedaan itu akan selalu ada. Setiap orang pasti teguh meyakini pandangannya masing-masing. Apalagi jika mengenai nilai-nilai keagamaan yang diimani.

Namun, apakah kita hanya berhenti pada realitas perbedaan itu? Jika berhenti pada tataran perbedaan, kita justru meniadakan nilai-nilai universal.


Bukan karena orang lain berbeda maka sah-sah saja jika kita berlaku diskriminatif  padanya. Kita mesti sadar bahwa masih ada nilai kemanusiaan dan kedamaian yang patut dinomorsatukan.


Karena itu, kita semua dipanggil untuk senantiasa menjunjung tinggi persatuan dalam perbedaan. 


Maria memberikan pertanyaan

Selama pemaparan materi saya juga amat senang karena semua teman sungguh memberi diri dalam mendengarkan. Materi Level of Listening dari Mba Hikem langsung diterapkan nih, ygy.

Pada sesi kedua kami para peserta berkesempatan untuk bertanya. Saya tambah salut pada teman-teman, karena terlebih dahulu minta maaf bila hal yang ditanyakan ada tendensi menyinggung.


Diskusi pun berjalan interaktif. Banyak pandangan dan pengalaman yang saling kami bagikan.


Saya sendiri mendapatkan banyak hal, tapi lebih khusus pada pentingnya perjumpaan intens lintas agama serta penguatan literasi demi merawat tali persaudaraan.


Persaudaraan Hangat di Masjid An-Nusrat


Igin Sirupang teman saya di Kelompok 1 amat mengapresiasi kegiatan field trip ini.


“Ahmadiyah bagi saya adalah sesuatu yang benar-benar baru. Tak dipungkiri ada stigma negatif yang muncul saat awal mendengar nama tersebut. Tetapi menariknya stigma itu berubah saat saya bertemu langsung dengan mereka” kata Igin yang berasal dari Rantepao, Toraja Utara.


“Pertemuan ini membuat saya takjub dan tersadar bahwa dalam memandang yang berbeda tidak cukup sebatas mendengar saja, tetapi harus mengalami perjumpaan langsung. Lewat interaksi secara mendalam kita akan sampai pada titik saling menerima dan menghidupi perbedaan” tambah Igin.


Maria Husun anggota Kelompok 2 memberi kesan dari perjumpaan ini bahwa saudara-saudari Jemaat Ahmadiyah sangat bersikap terbuka terhadap orang lain, sebab terwujud dalam semangat persaudaraan dan berbagai aksi kemanusiaan yang tujuannya untuk membangun relasi yang baik dengan Allah dan sesama.


“Saya berharap saudara-saudari kita dari Jemaat Ahmadiyah memperoleh kebebasan untuk menjalankan ibadah. Semoga pula masyarakat luas mampu menghargai dan saling merajut tali persaudaraan melalui relasi dan komunikasi yang berkelanjutan”  kata Maria yang berasal dari Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.


Jemaat Ahmadiyah Makassar
Kelompok 1 bersama Jemaat Ahmadiyah Makassar
Di akhir sesi kami mengadakan foto bersama. Nuansa penuh senyum dan tawa menjadi tanda optimisme kami akan spirit keberagaman yang terus lestari di tanah air.

Di bawah naungan Masjid An-Nusrat kami telah menjalin persaudaraan yang begitu hangat.


Bila nanti kembali lagi ke Makassar tentu tempat ini menjadi rumah yang akan selalu kami tuju.



Post a Comment for "Field Trip Youth Camp 2023 ke Masjid An-Nusrat Jemaat Ahmadiyah Makassar"