Menyusuri Jalanan Makassar Kala Sore Hari
Setelah tiba di Hotel Jolin Makassar, tempat kami menginap selama Youth Camp ‘Muda Toleran’ 2023, saya memutuskan untuk berjalan-jalan sedikit di sekitar.
Waktu menjelang pukul lima sore (27/09). Ini jam penuh keramaian dan kemacetan di Kota Daeng.
Seturut data BPS 2023, diproyeksikan hampir satu juta lima ratus ribu jiwa penduduk di kota ini. Sungguh kota metropolitan terbesar dan termegah di wilayah timur.
Saya mulai berjalan kaki dari Jl. Pengayoman tempat hotel berada.
Sepanjang jalan banyak pedagang jajanan sore khas Makassar. Saya tidak sempat memotret yang berarti tidak juga membelinya, hehe...
Kendaraan ini cukup unik karena dari sebuah motor yang dipotong bagian depannya. Lalu diganti dudukan penumpang dengan dua roda.
Saya sempatkan ngobrol singkat dengan salah seorang ojek bentor yang sedang parkir. Sayangnya saya tak sempat juga menaiki bentor.
Suatu kota tentu tak luput dari yang namanya grafiti. Saya menemukan satu dua titik dengan warna-warni grafiti yang menarik.
Sepanjang saya melintas ada sejumlah perumahan, perhotelan, dan tentu saja pertokoan.
Melihat deretan toko-toko ini teringatlah saya pada Tumming dan Abu, dua konten kreator komedi Kota Makassar. Bisa jadi salah satu toko ini pernah mengundang mereka untuk endorse.
Coba ki meluncur ke Instagram mereka, @tumming_abu. Dijamin ketawa terus, haha…
Beberapa gedung pencakar langit terjangkau oleh pandangan saya. Kalau di Kupang gedung tertinggi cuma satu. Kamu pasti tahu nama hotel di tepi pantai itu.
Kota Makassar juga memiliki jalan tol layang pertama sepanjang 4,3 km yang diresmikan pada tahun 2021.
Namanya Jalan Tol Layang Andi Pangeran (AP) Pettarani yang menjadi penghubung antara Kota Makassar dengan Pelabuhan Petikemas Soekarno Hatta dan Bandara Sultan Hasanuddin.
Bagi saya kehadirannya bukan saja sebagai ikon baru, melainkan juga tanda betapa hidupnya jalur distribusi di kota ini.
Di bawah jalan tol layang ini saya memandang hilir-mudik kendaraan yang terus melaju tiada hentinya.
Akhirnya, menyusuri jalanan Makassar di sore hari telah mencetak memori baru.
Saya akan menyimpan memori ini, mungkin mengemasnya dalam puisi atau artikel kecil seperti yang sedang kamu baca saat ini.
unik juga bentornya
ReplyDeletejadi pengen ke Makassar juga :D
ReplyDelete