Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Malam Minggu di Pantai Losari Makassar dengan Teman-teman Gusdurian Muda

Pantai Losari
Pantai Losari di malam hari

Youth Camp GUSDURian 2023 membawa saya kembali ke Kota Daeng, Makassar. Kalau setahun lalu hanya sebatas transit, dua malam pulang pergi ke Jayapura, tahun ini saya bersyukur bisa menetap beberapa hari sambil merayakan spirit keberagaman bersama teman-teman baru.

Ya, kami ada 30 peserta yang mengikuti kegiatan ini dari tanggal 27-30 September 2023. Semua datang dari berbagai penjuru di tanah air dengan beragam latar belakang, baik agama, suku, dan gender.

Namun, semangat Gusdurian telah menyatukan kami semua. Seperti ada ungkapan, “Gus Dur sudah meneladankan, tugas kita melanjutkan”.

Gusdurian Makassar
Youth Camp GUSDURian 2023

Gusdurian Makassar
Terima kasih Kelompok 5

Perihal ilmu, pengetahuan, dan segala dinamika di ruang kelas akan saya kisahkan pada bagian yang 
lain. 

Kali ini saya berbagi kisah tentang pelesir kami para Gusdurian Muda ke Pantai Losari. Tak lengkap ke Makassar kalau belum sampai di tempat yang ikonik ini.

Awalnya saya tak berencana akan ke Pantai Losari. Sehabis penutupan pada Sabtu malam saya ingin kembali ke kamar dan lanjut menulis beberapa bahan. Sekalian istirahat lebih awal. Toh, besok saya akan pulang ke Kupang yang tentunya perjalannya akan sangat jauh.

Namun, sehabis mandi terbesit ide untuk jalan-jalan cari angin di sekitaran kompleks hotel. Nah, sewaktu turun ke lobi hotel sudah berkumpul beberapa teman yang lain. Rupanya mereka berencana ke Pantai Losari.

“Yose, mari ikut ke Losari” ajak Valent teman dari Luwu, Sulsel.

Sedetik saya agak kepikiran. Karena lagi dalam mode hemat. Takutnya saya akan merepotkan.

Tapi, teman-teman bilang santai saja. Toh, ini malam terakhir kebersamaan kita. Ada juga Rey dari Manado yang meyakinkan saya. Terima kasih banyak teman-teman.

Sesaat kemudian dua taksi online sudah tiba. Di mobil kami ada delapan orang. Diana dari Minang/Lampung, Rey dan Ketcia dari Manado, Audi dan Ellisa dari Gorontalo, Ellem dari Poso, dan Adi dari Ternate (btw, perjalanan saya dan Adi akan berlanjut di postingan berikutnya).

Jalan-jalan saat malam Minggu di Makassar amat berwarna. Kemacetan adalah warna yang paling kentara. Banyak kendaraan hilir mudik seperti barisan semut. 

Di sisi jalan tempat-tempat nongkrong penuh anak muda. Sungguh ini kota metropolitan terbesar di wilayah timur.

Pantai Losari Makassar
Suasana Losari yang ramai

Di tengah perjalanan ada satu insiden yang terjadi. Banjir kecil dalam mobil. Kalau kamu yang setim dengan mobil ini pasti tahu, hehe.  

Ketika ada teman yang teriak kaget karena hal ini, Om sopir juga ikutan terkejut. "Ku kira mi apa yg terbakar di belakang" kata Om sopir dalam dialek khas Makassar.


Oia, walau hanya hitungan lima jari tinggal di sini, saya tertarik sekali mempelajari dialek Makassar. Khususnya partikel Ji, Mi, Pi, dan Di.

Rasanya begitu jatuh hati dengan dialek ini. Ke depan kalau ketemu cewek Makassar akan saya ucapkan “Mari makan mi dinda”, hahaha...

Setelah melewati kemacetan, nampak di depan kami Masjid Amirul Mukminin, masjid terapung. Itu tandanya area Pantai Losari ada di sebelahnya.

Pantai Losari Makassar
Masjid 99 Kubah Makassar

Malam Minggu di Pantai Losari yang Berseri

Saya dan teman-teman mulai berkeliling. Jauh di seberang sana terlihat Masjid Kubah 99 yang dirancang Ridwan Kamil.

Rasanya begitu bersyukur saat menginjakkan kaki di anjungan Pantai Losari. Bagi saya pantai ini menjadi tempat pas penutup bulan September.


Pantai Losari Makassar
Bersama Mirul (Kolaka) dan Adi (Ternate)
Sebenarnya kalau ke Pantai Losari sebelum sore hari supaya dapat lanskap senja yang memukau. Tapi, tak apa juga kalau tibanya malam hari.

Malam ini begitu ramai, karena ada panggung rakyat dan pameran dari TNI. Rencananya ingin berfoto dengan latar tulisan Pantai Losari pun tak jadi.

Datang ke Pantai Losari membuat saya teringat Pantai Teddys Kupang atau LLBK. Tentu Losari lebih luas dan tingkat ramainya sangat tinggi.

Pantai Losari ini ibarat jendelanya Kota Makassar. Berada di tepiannya kita akan memandang hamparan selat yang begitu luas. Mungkinkah nanti saya bisa kembali untuk merekam senja di sini?

Pantai Losari Makassar
Ellisa dan Audi dari Gorontalo
Uniknya di sini setiap pedagang kuliner ada yang bertugas di depan gerobak. Mereka akan mengajak setiap pengunjung yang melintas. Cara panggilnya begitu santun masuk ke kuping, tiba-tiba saja kita sudah mampir di lapak mereka, hehe...

Soal jenis kuliner seperti pada umumnya street food di tempat lain. Tapi ada beberapa nama yang bernuansa lokal. Kalau di Kupang Pisang Gepe, di sini namanya Pisang Epe.

Setelah berfoto ria, kami bersantai sejenak di satu lapak kuliner. Letaknya di antara tiga patung Nelson Mandela, Syekh Yusuf, dan Mahatma Gandhi dengan sebuah miniatur kapal pinisi.

Di tempat ini teman-teman menikmati kudapan roti bakar, bakso tusuk, jagung bakar, dan sebagainya. Terima kasih khusus buat Yanti dari Maros yang sudah traktir saya jagung bakar manis.

Pantai Losari Makassar
Terima kasih banyak teman-teman Gusdurian Muda
Obrolan-obrolan ringan di atas meja makan. Tentang mimpi dan rencana kedepannya, juga tempat wisata dan kuliner khas di kota kami.

Tak terasa ini adalah malam terakhir bagi kami. Bila semua sudah kembali ke tempat masing-masing pastinya akan sulit untuk berjumpa apalagi berkumpul bersama seperti ini.

Saya sempat memotret buku puisi Aan Mansyur saat berada di Pantai Losari. Setiap orang di wilayah timur yang mencintai sastra ingin datang ke sini untuk suatu festival yang keren. Mungkinkah juga nanti saya bisa?

Semakin larut Pantai Losari semakin ramai. Suatu malam minggu yang berseri.
Saat menjelang pukul 23.00 kami pun bergegas pulang. Kami semua kembali dengan rajutan memori masing-masing.
Pantai Losari Makassar
Maaf Valent fotonya terpotong

Sungguh Makassar adalah rumah tempat kami berakar dalam spirit keberagaman. Adakah kelak bertumbuh dan berbunga lestari bagi Indonesia yang lebih baik?  

Sebagai penutup saya sertakan pantun yang dibawakan bersama Kelompok 5 dalam malam pentas budaya:

Kota Makassar punya Pantai Losari
Kota Kupang punya Pantai Lasiana
Spirit Toleransi harus tumbuh lestari
Agar hidup semakin bermakna
 
Dari Bandung ada Arum
Dari Kalimantan ada Linda
Menjaga toleransi selalu harum
Adalah tugas penggerak muda
 
Lagu pesta mulai beralun
Suara musik begitu merdu
Cukup sekian beta berpantun
Sampai jumpa di lain waktu 

Post a Comment for "Malam Minggu di Pantai Losari Makassar dengan Teman-teman Gusdurian Muda"