Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Nina Penenun: Jalinan Wastra Budaya Lombok dalam Lembaran Tenun

Melihat proses menenun di provinsi sendiri sudah biasa, bagaimana kalau melihat langsung di provinsi tetangga? 

Desa Tenun Pringgasela
(Nina Penenun. Dok. Panitia)

Saya memiliki minat khusus pada wastra tenun ikat tradisional. Tentu pengalaman berjumpa dengan tenun-tenun Nusa Tenggara Timur (NTT) sudah biasa.

Namun, kali ini saya berkesempatan mengenal kain tenun dari provinsi tetangga Nusa Tenggara Barat (NTB). Semua ini berkat kegiatan 16For16 dari UN Women.

Pada hari terakhir, setelah dua hari materi teori di kelas, kami pun bisa turun ke lapangan untuk mengalami langsung perjuangan kaum perempuan dalam pelestarian alam. 

Desa Pringgasela di Lombok Timur menjadi destinasi sekaligus sumber inspirasi yang kami tuju.  

Desa Tenun Pringgasela

Perjalanan dari Kota Mataram ke Pringgasela memakan waktu hampir satu jam lebih dengan berkendara. 

Namun, sepanjang perjalanan mata saya disuguhkan dengan hijaunya alam; pegubungan dan persawahan Tanah Bora. 

Desa Tenun Pringgasela
(Melihat proses menenun. Dok. Panitia)
Pringgasela, sebuah desa di Lombok Timur, menyimpan kekayaan budaya yang begitu memukau. Salah satu warisan berharga yang dimiliki desa ini adalah tradisi menenun. 

Para perempuan penenun di Pringgasela telah melestarikan dan mengembangkan seni menenun ini selama bergenerasi, menghasilkan kain-kain tenun yang tak hanya indah, tetapi juga sarat makna.

Kelompok Pelestari Tenun: Nina Penenun

Ada salah satu kelompok tekstil yang tetap menerapkan konsep eco fashion. Kelompok ini bernama Nina Penenun. 

Kelompok Nina Penenun, bagi saya, menjadi tanda nyata perjuangan kaum perempuan dalam merawat identitas dan kearifan lokal.

Kelompok Nina Penenun adalah kelompok penenun perempuan yang berlokasi di Desa Pringgasela Selatan, Lombok Timur. Berdiri pada tahun 2017 yang dibina oleh komunitas Gema Alam NTB.

Dalam kesempatan mengunjungi Kelompok Nina Penenun, kami berdialog bersama tentang pelestarian tenun. Komitmen untuk menjaga tenun pewarna alami menjadi suatu hal yang sangat dibanggakan dari Nina Penenun.

Desa Tenun Pringgasela
(Interaksi dengan anak-anak penenun)
Selain itu, saya amat takjub melihat semangat regenerasi kepada para anak perempuan dalam kelompok ini. Melihat anak-anak kecil itu membawa optimisme akan lestarinya tenun Pringgasela.

Semangat kolektif seperti ini yang harus ditonjolkan agar gerakan-gerakan kecil para pelestari tenun terus terjaga. Terkhusus bisa berlanjut bagi generasi penerus. 

Lebih dari Sekadar Kain

Kain tenun Pringgasela memiliki ciri khas tersendiri dengan motif-motif geometris yang unik dan warna-warna alami yang dihasilkan dari bahan-bahan seperti kulit kayu dan akar tanaman. 

Setiap motif pada kain tenun memiliki cerita dan filosofi tersendiri, mencerminkan kehidupan masyarakat Pringgasela.

Desa Tenun Pringgasela
(Memintal benang. Dok. Panitia)

Proses pembuatan kain tenun Pringgasela dilakukan secara tradisional, menggunakan alat tenun gedogan. 

Setiap helai benang ditenun dengan penuh kesabaran dan ketelitian oleh para penenun. Proses ini membutuhkan waktu yang cukup lama, namun hasilnya sangatlah memuaskan.

Motif-Motif Khas yang Memikat Hati

Setiap motif memiliki cerita dan filosofi tersendiri yang menggambarkan kehidupan masyarakat Lombok.

Ragi sundawa yang menceritakan tentang air Sungai Sundawa yang terus mengalir sehingga motifnya berupa garis lurus

Motif sri menanti yang bercerita tentang seorang perempuan yang sedang menanti

Motif bayanan yang bercerita tentang hubungan antara masyarakat adat pringgasela dan masyarakat adat bayan yang sama sama menjadi pejuang tenun. 

Nina Penenun Lombok
(Tenun karya Nina Penenun. Dok. Panitia)

Tenun pringgasela menjadi sangat menarik karena merupakan salah satu bentuk eco fashion yang diterapkan sampai saat ini. 

Tenun pringgasela menggunakan pewarna alami, misalnya dari babak banten kemerah merahan, daun tarum warna biru dongker, ketapang warna kuning. 

Menenun Harapan dari Pringgasela

Setelah belajar bersama tentang tenun dari Kelompok Nina Penenun, kami berkesempatan untuk membuat konten kreatif. Saya satu kelompok dengan Ayiz, Herman, dan Uciq.

Hanya ini kreasi konten yang bisa kami berikan, sekiranya bisa menjadi media promosi akan pentingnya kolaborasi dalam menjaga wastra tenun di nusantara.

Saya juga sangat senang sekali melihat antusiasme teman-teman peserta. Ini menjadi bekal dan ilmu berharga bagi kami ke depannya. 

Nina Penenun Lombok
(Foto bersama. Dok. Panitia)

Harapannya, Kelompok Nina Penenun dapat terus berkarya dan menginspirasi banyak orang untuk mencintai dan melestarikan kain tenun Indonesia. 

Dengan dukungan dari berbagai pihak, kain tenun Pringgasela  tidak hanya akan tetap lestari, tetapi juga dapat menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan bagi masyarakat Lombok.

Terima kasih banyak Kelompok Nina Penenun.


Post a Comment for "Nina Penenun: Jalinan Wastra Budaya Lombok dalam Lembaran Tenun"