Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerita Dari Atas Kapal Ferry Ranaka Larantuka-Kupang

KMP Ranaka Larantuka-Kupang
Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi kepulauan. Julukan FLOBAMORATA menjadi penanda atas gugusan pulaunya yang besar, Flores, Sumba, Timor, Alor, dan Lembata. 

Jarak antar pulau terbilang jauh. Kapal ferry pun menjadi salah satu moda transportasi laut antar pulau di NTT. 

Btw, saya pernah berpikir kalau setiap pulau itu terpisah. Lantas apa yang menjadikannya tetap satu?

Jawabannya adalah Laut Sawu. Saya memaknai Laut Sawu sebagai rahim yang menjadi muasal pulau-pulau di NTT. 

Coba saja lihat di peta. Letak Laut Sawu yang berada tepat di tengah, diantara gugusan pulau, menjadikan posisinya begitu istimewa bagi para warga di Bumi Flobamorata.

***

Kali ini saya berbagi cerita tentang naik kapal ferry dari Larantuka ke Kupang. Saya memakai (Kapal Motor Penyeberangan) Ranaka pada bulan Februari yang lalu.

Cuaca mendung saat saya tiba di Pelabuhan Waibalun Larantuka. Bahkan sesekali masih turun hujan. 

Naik kapal di musim penghujan seperti ini bukanlah saat yang tepat. Karena gelombang lagi deras-derasnya. Apalagi jika tengah malam nanti melintasi Laut Sawu. Bayangkan saja pukulan dan putaran ombak yang sudah keras ditambah terpaan hujan. 

Namun, itu bukan masalah. Toh, sedari kecil  kecil saya sudah sering dengan feri bolak-balik Larantuka/Lembata-Kupang. Orang Lamalera ini, haha… Tapi, saya tetap minum antimo untuk jaga-jaga. (Jago-jago hilang memang, hhhhe).  

Bersandar di Pelabuhan Waibalun Larantuka

Saya terlebih dahulu membeli tiket kapal di loket. Belum lama ini ada kenaikan harga tiket untuk wilayah NTT. Tiket saya pun seharga 126 ribu. 

Loket baru dibuka pukul 08.00 WITA. Antrian pun tidak panjang. Hanya sudah ada para sopir ekspedisi dan para pengendara kendaraan bermotor yang datang terlebih dahulu.

Saat melintasi jalan menuju kapal, rupanya ada pengerjaan di area tersebut. Jalanan pu cukup becek karena genangan air. Di bawah guyur gerimis, para tukang sedang fokus bekerja membuat pelabuhan ini lebih bagus. 

Setibanya di dalam kapal suasana pun lengang. Ini saat yang tepat untuk mencari tempat duduk yang enak.

Biasanya kapal ferry akan ramai di saat musim liburan. Sangat-sangat ramai sampai cari tempat duduk pun susah. Jika ada wisuda di Kupang juga  ferry pasti ramai. Dan kalau libur Paskah, itu ramainya pake banget. Mungkin kita hanya bisa duduk di tangga atau tidur dibawah kolong oto tronton. 

Kalau ini di Pelabuhan Bolok Kupang tentu kapal ferry akan ramai dengan para penjaja makanan ringan, jam tangan, bahkan sampai pakaian. 

Sedangkan di sini hanya seorang bapak paruh baya saja yang menjajakan buah-buahan, rambutan dan salak. Saya membeli sekantong buah salak. Harganya 15 ribu. Kata beliau buah-buah ini dari kampung halamannya di Lamuda, Pulau Adonara. 

Oia, kali ini kawan perjalanan saya adalah Katrin Lamablawa. Kami baru saja pulang dari Maumere mengikuti workshop tentang human trafficking dari Youth Task Force. Perihal kegiatan kami bisa kamu baca pada link di samping, YTF Anti TPPO Adakan Pelatihan ‘Norms Change dan Kampanye Media Sosial’ bagi 17 Peserta NTT di Maumere 

Suasana di dalam kapal di dek dua

Kapal ferry Ranaka pun jalan tepat pada pukul 14.00 WITA. Saya sempat bertanya pada awak kapal, katanya akan tiba di Kupang pukul 04.30 WITA. Wahh… suatu perjalanan satu malam yang panjang.

Dari atas kapal ferry saya melihat Pulau Waibalun semakin menjauh di belakang kapal. Saya amati ada seorang turis yang begitu santai menikmati perjalanan. 

Saya pun menyapa turis itu. Bertanya apakah dia punya sedikit waktu untuk ngobrol. Karena saya juga ingin melatih skill berbahasa Inggris. Betapa senang dia mau meluangkan waktunya.

Namanya Thomas dan berasal dari Spanyol. Saya pun memberitahukan kalau teman-teman saya suka menonton La Liga. Matanya yang biru berbinar. Ia berkisah sedikit tentang Real Madrid. Tim favoritnya.

Thomas adalah seorang traveler yang mencintai dunia penyelaman (diving). Selama 25 tahun travelling, ia sudah banyak keliling dunia.

Ini kali kedua ia datang ke Indonesia. Terakhir tujuh tahun yang lalu. 

Ia amat tertarik dengan NTT karena ingin menyelam dan menyaksikkan terumbu karang dan ikan-ikan di sini. Selepas dari Labuan Bajo, sebenarnya ia ingin ke Alor. Sebab Pulau Kenari itu memiliki spot penyelaman yang begitu eksotis. Tapi sayang karena masih musim hujan ia mesti mengundurkan niat ini. 

Jadilah Thomas pergi ke Pulau Timor dulu. Ia baru pertama kali ke Kupang. Rencananya ia akan ke Timor Leste dan mencoba untuk menyelam di sana. 

Katrin pun turut menimpali dengan cerita-ceritanya. Ia sungguh amat jago berbahasa Inggris. Thomas sempat bertanya soal ini. Rupanya Katrin belajar secara otodidak dari Youtube. 

Katrin bercerita tentang prosesi Semana Santa di Larantuka pada Paskah nanti. Saya berkisah tentang para nelayan ulung di kampung saya Lamalera, yang berburu ikan paus secara tradisional. Bersama Thomas kami membahas banyak hal terkait potensi wisata di NTT dan isu sosial budaya juga.

Tak disangka obrolan kami cukup lama dan panjang. Sampai pada jam makan malam pun kami masih berbincang santai. Selepas makan bersama, Thomas menyodorkan pisang moleng yang ia beli. Saya memberitahukannya kalau pisang goreng baru saja dinobatkan sebagai dessert terenak di dunia. Haha…

Saya, Katrin, dan Thomas

Pada satu momen di atas Ranaka yang melintasi Laut Sawu, saya bertanya kepada Thomas bagaimana caranya untuk bisa keliling dunia sepertinya dirinya.

Jawaban Thomas membuat saya tersenyum. Saya merekam pesannya dalam memori sebelum beranjak tidur. 

Ranaka terus melaju. Langit malam teduh dan ombak tenang lembut. Saya ingin terlelap lalu bangun di Spanyol nanti. 




3 comments for "Cerita Dari Atas Kapal Ferry Ranaka Larantuka-Kupang"

  1. Trus si Thomas jawab apa ketika ditnya bagaimana cara bisa dia Keling dunia ? 😅🤔🙄

    ReplyDelete
  2. Tanyakan sama tomas kesan dia terhadap budaya dan alam Indonesia

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wahh, soal ini banyak yang kami bahas. Intinya dia sangat kagum sekali, khususnya NTT.

      Delete