Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kala Mengunjungi Gereja Katedral Jakarta

Gereja Katedral Jakarta

Tulisan ini merupakan kelanjutan dari cerita sebelumnya. Ketika saya menginap di Hotel Ashley Wahid Hasyim Jakarta. Dari petugas hotel saya mendapat info bahwa letak Katedral Jakarta tidaklah jauh.

Jadilah pada hari terakhir menginap di hotel saya pun pergi ke Gereja Katedral. Pagi itu tanggal 9 April 2022. 

Saya bertolak dari hotel memakai ojek online. Sekitar 12 menit kemudian baru saya tiba. Saya masuk lewat di gerbang samping Gereja Katedral.

Setelah melapor pada satpam yang bertugas saya mengitari kompleks dan memotret gambar. Apalagi langit cukup cerah jadi ini momen yang pas.

Terang saja sangat bersemangat bisa berada di Katedral bergaya Neo-Gotik. Walau hanya berada di pelataran halaman saja, tak sempat masuk ke dalam gedung gereja karena lagi pandemi.

Arsitek perancang bangunan Katedral Jakarta adalah Pastor Antonius Djikmans, SJ. Ia juga yang merancang Gereja Tua Sikka di Flores.

Sepintas bagian depan kedua gedung gereja ini sama-sama simetris. Tentu ada pula menara, ciri khasnya bangunan Neo-Gotik.

Saya agak tersenyum karena di sisi kanan gereja sama-sama ditanami bunga kamboja. Yang pastinya bunga itu tak seumuran dengan kedua gereja tersebut. 

Sungguh saya beruntung bisa menyaksikan secara langsung dua karya arsitektur beliau. Pastor Djikmans adalah seorang ahli bangunan yang pernah mengikuti kursus arsitek gerejani  di Violet-le-Duc di Paris, Perancis dan di Cuypres, Belanda. Jadinya penasaran gereja di mana lagi yang ia rancang di Indonesia. 

Nama resmi dari Gereja Katedral Jakarta ialah Gereja Santa Maria Diangkat Ke Surga (De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming). Gereja ini diresmikan dan diberkati oleh Mgr. Edmundus Sybradus Luypen, SJ, pada tanggal 21 April 1901. 

Pada jenang pintu masuk utama Gereja Katedral tertulis, Beatam Me Dicentes Omnes, yang berarti: Semua keturunan menyebut aku bahagia. Sebuah kutipan dari nyanyian pujian Maria. Melihat tulisan ini saya teringat lagi pada Gereja Tua Sikka, karena di pintu masuknya juga ada sebaris kalimat tetapi dalam bahasa daerah.

Gereja Katedral bila dilihat dari atas langi berbentuk menyerupai salib. Terdapat tiga menara utama di gereja ini, yaitu: Menara Benteng Laut, Menara Gading, dan Menara Agnus Dei. 

Andai saja saya bisa masuk ke dalam gedung gereja, tentu akan ada pengalaman yang berbeda. Katanya pada ornamen jendelanya tergambar lukisan peristiwa Jalan Salib Yesus. 

Saya pun lanjut memotret suasana sekitar. Di sisi gereja ada plaza burung garuda. Saat memandangnya saya teringat semboyan yang dicetuskan Mgr. Soegijapranata, "100% Katolik, 100% Indonesia". 

Sedari tadi juga saya penasaran dengan orang-orang yang berjalan ke sisi samping belakang gereja. Rupanya ada sebuah Gua Maria. Saya pun langsung menuju ke tempat doa tersebut.

Saya terlebih dulu senang ketika melihat lukisan Santo Yosef. Kala berada di kota besar dan jauh seperti ini, rasanya tenang menemukan santo pelindung dari nama saya ini. 

Gua Maria ini merupakan gua buatan yang menyerupai Gua Massabiele di Lourdes, Perancis, tempat Bunda Maria menampakkan dirinya. Katanya di bawah gua ini diletakkan batu asli yang di bawah dari Lourdes. 

Sudah hampir tengah hari, tetapi terasa teduh karena ada sebuah pohon sawo yang menudungi tempat duduk. Banyak orang yang datang ke tempat ini. Tempatnya juga tenang untuk berdoa. Sepertinya tidak terdengar ribut kendaraan di jalan raya sana. 

Setelah berdoa di Gua Maria, saya berencana lanjut ke Masjid Istiqlal. Sebuah Masjid terbesar di Asia Tenggara. 

Kata teman saya Vinsen Wedjo, terdapat sebuah terowongan toleransi yang menghubungkan Gereja Katedral ke Masjid Istiqlal. Namun, terowongan ini sedang ada sedikit renovasi jadi tak bisa dilalui. 

Sayangnya, karena batas check out jam 12 siang saya pun tak bisa masuk ke kompleks Masjid Istiqlal. Selepas berjalan di sisi luar sampai ke gerbang utama Masjid Istiqlal, saya pun memesan ojek online untuk pulang. Mungkinkah nanti ada saat lagi untuk saya kembali ke sini?

Gereja Katedral Jakarta

Gereja Katedral Jakarta

Gereja Katedral Jakarta

Gereja Katedral Jakarta

Gereja Katedral Jakarta

Gereja Katedral Jakarta

Gereja Katedral Jakarta

Gereja Katedral Jakarta

Gereja Katedral Jakarta

Masjid Istiqlal Jakarta



Post a Comment for "Kala Mengunjungi Gereja Katedral Jakarta "