Cerita dari Tiga Tenda Kemah
Tenda terpancang ditiup sang bayu
Berkemah di Pangabatang, Pulau Berpasir Putih
Setelah terakhir kali berkemah kala Jambore Pramuka di Ende, kesempatan untuk berkemah datang lagi. Pada momen Idul Adha tahun lalu di Pulau Pangabatang bersama teman-teman Komunitas Shoes For Flores (SFF).
Sudah beberapa tahun terakhir SFF merayakan Idul Adha bersama para warga di Pulau Pangabatang. Kali ini kami membawa dua ekor sapi sebagai hewan kurban. Perjalanan dengan kapal motor hampir satu jam dari Tanjung Darat, Maumere ke Pulau Pangabatang.
Di Pangabatang, kami memasang tenda di tepian pantai di bawah pohon peneduh. Waktu sore angin bertiup cukup keras, tapi malamnya tidak sama sekali. Tidur dalam tenda yang beralas pasir putih nan lembut sungguh lelap sekali. Kali perdana berkemah di pantai yang sungguh berkesan bagi saya. Kisah lengkapnya bisa kamu baca di sini. Cerita Kala Berkemah di Pantai Pangabatang.
Tenda kami di Pantai Pangabatang |
Saat senja di Pangabatang |
Kala malam di Pangabatang |
Tenda Terpancang di Bawah Kaki Gunung Egon
Seminggu setelah di Pulau Pangabatang, saya berkemah lagi untuk melakukan pendakian di Gunung Egon (1703 mdpl). Tepatnya pada tanggal 16-17 Juli 2022.
Info kegiatan camping ini saya dapat dari status teman di WhatsApp. Penyelenggaranya dari Komunitas Go Jesus, sebuah kelompok rohani anak muda Maumere. Sudah kali kedua mereka mengadakan kegiatan ini. Namun, kali perdana bagi saya untuk mendaki gunung.
Kami ada 27 orang yang ikut camping. Tenda kami berbaris di atas Bukit Andalan yang dikelilingi pepohonan eukaliptus.
Esoknya jam empat pagi, dibangunkan oleh rasa dingin yang menggigit, kami memulai pendakian. Trek pendakiannya cocok bagi pemula seperti saya.
Di puncak gunung kami merayakan misa bersama. Momen yang akan sulit terulang kembali. Kisah lengkap kala berkemah di Egon bisa kamu baca di sini. Pendakian Perdana di Gunung Egon Sikka.
Tenda di Bukit Andalan |
Kami merayakan misa di puncak Gunung Egon |
Foto bersama para peserta |
Selepas turun dari gunung |
Camping di Rimbun Hutan Kolhua
Nah, kalau cerita yang ini baru saja seminggu yang lalu. Kami camping di Hutan Kolhua, Kota Kupang.
Kegiatannya diinisiasi oleh Koalisi Kopi yang berkolaborasi Komunitas Penjaga Budaya Helong. Kegiatan ini bertajuk: “Bercocok Paham: Kembali Ke Alam, Mengenal Budaya”. Suatu pengalaman camping yang sungguh istimewa.
Sebelum masuk ke area perkemahan, para peserta disambut oleh sapaan ada para tetua Suku Helong. Lalu, kami bergandengan tangan dalam tarian berbentuk lingkaran. Tarian Lufut namanya.
Banyak momen yang berkesan bagi saya selama mengikuti camping ini. Salah satunya saat jelajah alam keesokan harinya. Para peserta dibagi dalam lima kelompok. Kelompok saya bernama Piu-piu. Ada empat pos yang kami kunjungi. Kami belajar tentang budaya setempat dan isu perubahan iklim.
Di akhir penjelajahan kami mandi di kolam alami Kolhua yang bening dan segar. Seketika rasa pegal dan letih hilang sekejap. Nanti, akan saya kisahkan selengkapnya tentang camping di Kolhua.
Btw, sebelum menutup cerita ini apakah kamu teringat sesuatu pada penggalan lirik lagu di awal tulisan?
Penyambutan adat oleh tetua Suku Helong |
Malam nobar film pendek para pejuang ekologi NTT |
Tenda kami saat pagi hari |
Ada Alvian yang lagi nyebur |
Keren, bro
ReplyDeleteThanks bnyak Jalan Pagi.
DeleteTerima Kasih kak sudah berbagi.... semoga memberi kesan tersendiri untuk k Yos yaaa....
ReplyDeleteTrima kasih banyak ya Kak Rivani.
ReplyDelete